"Masyarakatnya sangat tradisional dengan memegang teguh tradisi. Namun pada 1942, masyarakatnya berpindah tempat dan membangun rumah di tempat yang sekarang. Kekayaan megalitiknya sesuai dengan warisan tradisi nenek moyang. Ini yang menjadi daya tarik utama wisatawan. Bahkan, desa ini tidak tersentuh dengan teknologi,” kata Marius.
Berada di kampung adat ini, traveler dapat melihat pegunungan yang terkenal di Flores, yaitu Gunung Inerie. Bangunan di kampung ini masih sangat alami, terbuat dari bambu dan alan-alang.
Traveler dapat melihat tanduk kerbau dipajang di bagian depan rumah yang menandakan status sosial dalam keluarga. Keunikan lain pada rumah adat ini adalah setiap pintu utamanya diberi ukiran kayu dengan nama rumah. Lantai rumahnya tidak menggunakan semen, melainkan menggunakan pelepah bambu. Setiap papan penyangga lantai terdapat ukiran berbentuk bunga dan bintang.
Berada di sini, traveler juga dapat melihat tiga rumah kecil yang berada di tengah. Rumah kecil ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta benda dan kekayaan suku Gurusina. Sayangnya, keindahan rumah-rumah adat ini hanya tinggal kenangan.