Lalu lalang perahu mulai banyak saat hari berangsur terang. Aktivitas makin ramai. Kami tidak sendiri, beberapa kapal klotok berpenumpang wisatawan mulai berdatangan. Perahu yang menjajakan dagangan pun mulai beragam. Bahkan pedagang yang menjual kapal mainan pun sudah mulai merayu-rayu. Tapi yang kami cari belum ada, pedagang kopi yang juga menjual makanan jajanan pasar.
"Tunggu aja sebentar lagi juga datang. Sudah mulai terang ini ..." kata nahkoda kapal klotok kami.
Dan akhirnya aroma kopi yang diseduh air panas tercium juga. Yang sedang asyik foto-foto di atap perahu segera turun dan bergabung. Berganti-ganti menikmati jual beli yang rasanya cuma ada di sini. Seru juga jajan secara self service. Pilih dan ambil sendiri kue yang disuka asal terjangkau tangan.
Naaah……, karena jarak antarperahu yang tidak bisa dijangkau dengan tangan, butuh alat seperti gancu untuk mengambil sepotong pisang goreng. Alat dari kayu panjang yang ada pengait runcing di depannya. Persis seperti pemulung, hanya saja ini sambil duduk. Seru dan lucu sekali. Tapi konyol juga, bangun pagi dan jalan jauh-jauh hanya untuk makan pisang goreng di tengah sungai.
Jam 05.45 hari sudah terang. Pemandangan di sekitar sudah jelas terlihat. Keindahannya ternyata tidak seperti yang saya harapkan. Pertama, pasar ini tidak seramai yang saya kira. Mungkin lebih banyak jumlah wisatawan daripada jumlah pedagang. Harapan mendapat foto perahu berjejer dengan dagangan warna warni tidak kesampaian.