Kalau datang di akhir pekan mungkin masih ada kesempatan. Kedua, pemandangan di sisi sungai tampak kurang elok. Banyak industri pengolahan kayu di sepanjang sisi sungai. Terlihat kotor dan tidak beraturan. Tidak seindah gambar sang nenek pedagang di filler RCTI Oke….
Matahari mulai bersinar dan kami pun kembali ke dermaga dekat kompleks makam, lalu lanjut kembali menuju Hotel Park Tree. Sambil sarapan kami menyiapkan jadwal kumpul dan agenda selanjutnya, yaitu wisata ke Martapura, kota kecamatan di Timur Banjarmasin yang memiliki pusat batu Permata, pasar batu CBS Martapura. Karena bangun subuh, usai sarapan dan berkemas kami putuskan istirahat sejenak lalu berkumpul jam 10 di lobi dan langsung riding ke Martapura yang akan dilanjutkan menuju Batu Licin. Kali ini, kami dilepas kawan-kawan Motor Antik Banjarmasin.
Martapura, Pusat Wisata
Perjalanan ke Martapura sebetulnya cukup dekat, hanya 40 km. Namun entah karena sudah tak sabar mau berburu batu akik, rombongan terpisah. Beda info soal lokasi Pom bensin penyebabnya. Akibatnya, rombongan pecah menjadi 3 kelompok di tengah panas terik dan kepadatan lalu lintas.
Banjarmasin bagaikan kota-kota di Jawa, lalu lintas padat dan semrawut. Jalan by pass ahmad yani yang merupakan jalan baru menuju arah bandara, cukup berbahaya karena padat dan banyak kendaraan berputar arah mendadak.
Sekitar jam 11 siang kami masuk ke Martapura dan langsung menuju pusat batu di CBS, yaitu pertokoan Cahaya Batu Selamat. Toko Kalimantan, menjadi sasaran rombongan BMWMC. Tak semua tertarik berbelanja, apalagi bagi mereka yang tak suka batu. Namun, sekedar melihat-lihat dan mencari oleh-oleh batu Red Borneo, cukup menghibur. Pedagang di pasar ini, meski terlihat santai dan sederhana, namun bisnisnya lumayan dahsyat. Salah seorang pedagang yang kami ajak berbincang, terbiasa bolak balik ke Malaysia, Jakarta, bahkan Dubai, untuk berbisnis batu beragam jenis.