Geliat Ekonomi Pertambangan dan Batu Perhiasan di Kalimantan Selatan

Rizal Yusacc
Hidra Simon
Tim Jejak Roda BMW Motor Cycle Jakarta berbelanja di Pasar Martapura yang terkenal dengan batu-batu alam indah. (Foto: BMWMC Jakarta).

Sambil menunggu motor yang terpisah, Soderi R1200C dan Boy R51, kami memutuskan makan siang di warung sate Sunny di seberang Pasar. Warung sate yang lumayan kondang dan nge-hitz, kami pun antre makan. Sampai selesai dan kenyang, 2 motor tak kunjung muncul dan pesan di grup whatsapp menyebut mereka bablas ke kota Peleihari, Kabupaten Tanah Laut, sekitar 70 km dari Martapura. Akhirnya kami memutuskan lanjut riding ke arah Batu Licin yang berjarak 265 km melalui Peleihari. Hujan sudah mulai turun dan beberapa jalanan di sekitar Banjar Baru penuh genangan air.

Hari Rabu sore, namun jalanan terasa sangat padat. Truk besar dan mobil-mobil double cabin serta SUV seperti balapan menuju ke Kota Banjarmasin, berlawanan arah dengan kami. Rupanya, menjelang long weekend, banyak warga dan pekerja pertambangan yang ingin pulang kampung menuju bandara atau kota Banjarmasin.

Ya, jalur selatan wilayah ini memang padat dengan kawasan pertambangan dan pabrik-pabrik. Namun rupanya, kepadatan di jalur antara Martapura dan Peleihari ini, belum seberapa dibanding jalur menuju Batu Licin. Jalur ini kami pilih karena menyusuri bagian paling timur dari Provinsi Kalimantan Selatan, menyusuri tepian pantai di Selat Makassar sebelum memasuki Provinsi Kalimantan Timur.

Batu Licin Kota Tambang
Ya, selepas Pelehari jalanan cenderung sempit. Kepadatan? Jangan ditanya. Saat istirahat di Pelehari, penjaga warung asal Madiun bercerita bahwa jalur ke arah Batu Licin tak banyak truk besar karena angkutan tambang masuk ke pelabuhan. Namun ternyata, mobil-mobil pertambangan yang rata-rata berwarna putih, berseliweran kencang. Ya, kebetulan menjelang long weekend di sore hari, terbayang jalan tol Cikampek arah Bandung, yang selalu padat. Mirip deh, namun ini bukan jalan tol dan kebanyakan jalan tanah yang berdebu.

Tak banyak kesempatan melaju kencang memacu BMW di jalur ini, karena kalaupun kosong, dari kiri kanan motor dan mobil putih D-Cab bisa muncul sewaktu-waktu tanpa tengok-tengok. Memasuki kota asam-asam dan Sebambam, bagaikan ironi kawasan industri. Kampung-kampung yang terlihat kumuh, kontras dengan rumah kos dan rumah dinas para pegawai tambang yang terlihat mewah. Warung-warung kecil yang terlihat berdebu, kontras dengan minimarket milik pemodal. Yang unik, banyak salon dan spa sepintas terlihat di pinggir jalan. Masihkah sempat para pegawai tambang ini merawat rambut?

Editor : Zen Teguh
Artikel Terkait
Makro
4 tahun lalu

Resmikan Proyek Infrastruktur yang Dibiayai SBSN, Sri Mulyani: Anda Turut Membangun Indonesia 

Bisnis
7 tahun lalu

Dilintasi Awal 2019, Progres Tol Balikpapan-Samarinda Sudah 65 Persen

Destinasi
8 tahun lalu

Menuju Banjarmasin, Jalur Terpadat Trans Kalimantan

Destinasi
8 tahun lalu

Menyusuri Trans Kalimantan, Antara Rimba Raya dan Adat Budaya

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal