Webinar Wisata Heritage menghadirkan dua narasumber, di antaranya Ketua Indonesia Heritage Trust/ Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Catrini Pratihari Kubontubuh, menyampaikan materi yang bertajuk “Sejarah Lanskap Sistem Subak dan Produk Wisata di Sekitar Jatiluwih” dan materi kedua mengenai Video Storyteling dipaparkan oleh Content Writer Astrid Savitri.
Ketua Indonesia Heritage Trust/ Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, Catrini Pratihari Kubontubuh mengatakan, Subak tidak hanya sekadar sawah berundak atau irigasi.
Namun, Subak merupakan organisasi petani pengelola irigasi yang bersifat sosio kultural dalam suatu kawasan sawah tertentu, memiliki sumber air, memiliki pura subak, dan bersifat otonom.
“Setiap orang Bali yang bercerita mengenai Subak tentu menggambarkan gunung, sawah, pura tempat sembahyang, dan ada kegiatan manusia. Sebenarnya ini adalah inti sari dari Subak,” kata Catrini.
Pertama kali muncul istilah terkait pertanian tertulis pada Prasasti Sukawana di Bangli tahun 882 yang menyebutkan lahan dan pertanian huma (sawah) dan perlak (ladang). Sementara Prasasti Klungkung tahun 1071 dan Prasasti Pandak Bandung (Tabanan) tahun 1072 telah menyebutkan istilah Seuwak yang akhirnya dikenal sebagai Subak.