“Saat ini, jumlah Subak di seluruh wilayah Bali adalah 1.599 Subak, dengan luas sawah 76.000 hektare,” ujar Catrini.
Pada 29 Juni 2012 UNESCO menetapkan Subak sebagai salah satu dari World Heritage. Uniknya Subak ini tidak ditetapkan sebagai World Heritage bagian dari Nature atau Culture tetapi sebagai bentuk manifestasi dari filosofi Tri Hita Karana.
Filosofi Tri Hita Karana merupakan harmonisasi kehidupan masyarakat Bali yang menekankan kepada tiga aspek penting yaitu Parahyangan; hubungan manusia dengan sang pencipta, Pawongan; hubungan manusia dengan sesama, dan Palemahan; hubungan dengan lingkungan.
Hubungan manusia dengan sang pencipta (Parahyangan) menegaskan untuk selalu sujud dan bersyukur terhadap Tuhan, sang pencipta. “Sujud syukur ini bisa terlihat dari upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kepada para dewa-dewa atas nikmat panen yang telah diberikan. Sebanyak 15 ritual dilakukaan masyarakat Bali dari mulai menanam hingga menuai hasil panen,” kata Catrini.
Begitupun hubungan manusia dengan sesama manusia (Parahyangan). Masyarakat berkumpul, berorganisasi sehingga terbentuk sebuah alur demokrasi untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan yang akan bermuara kepada hubungan dengan lingkungan (Palemahan) untuk saling membantu demi menjaga, merawat, serta melestarikan lingkungan.