Oleh karena itu, lanjut Frans, Kemenparekraf/Baparekraf terus berupaya mendukung para pekerja seni untuk terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas. Salah satunya, dengan pelaksanaan pertunjukan musik virtual di masa pandemi Covid-19.
“Virtual itu pasti sesuatu yang sangat penting, tapi mengasah rasa ini membutuhkan kerja-kerja yang prima dari semua stakeholder,” ujar Frans.
Dia menuturkan Kemenparekraf/Baparekraf juga mempersiapkan protokol kesehatan yang mengedepankan prinsip CHSE (Cleanliness, Health, and Safety Environment) sehingga para promotor acara musik, musisi, dan penikmat musik dapat menikmati konser di tempat terbuka dengan tetap menjaga diri agar tidak terjangkit Covid-19.
Diskusi ini menghadirkan narasumber dari kalangan musisi dan promotor musik. Mereka adalah Gitaris Band Gigi, Dewa Budjana; composer Tya Subiakto; jurnalis musik senior sekaligus pendiri koran Slank, Buddy Ace; serta CEO Deteksi Production, Harry Koko dan Toar RE Mangaribi selaku moderator.
Buddy Ace menilai, dalam rangka mengembangkan kreativitas dalam berkarya, seorang musisi harus menonjolkan identitas kulturalnya yang dapat membedakannya dengan musisi lain.