“Kalau kita mau bersaing dengan Korea, kita harus memperkuat identitas akar kultural, itulah makna yang berkembang menjadi brand,” ungkap Buddy.
Sementara, Tya Subiakto mengajak para musisi untuk senantiasa berinovasi dan tidak kaku dalam berkarya. Tak hanya itu, Tya juga mengajak para musisi untuk mengubah cara pandang terhadap pandemi Covid-19 dari bencana menjadi suatu kesempatan.
“Kita harus menyikapi bencana sebagai kesempatan. Semoga kita semua bisa survive dan bangkit dan menghadapinya dengan apa yang ada di kita. Ayo kita asah skill kita, ayo kita manfaatkan dan mencari rezeki di bidang kita yaitu kreatif,” kata Tya.
Dalam kesempatan ini, Harry Koko juga memberikan masukan mengenai penerapan protokol kesehatan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan konser musik di masa normal baru. Masukan tersebut ialah pembuatan surat pernyataan patuh protokol kesehatan yang ditandatangani oleh pengunjung konser.
“Di masa adaptasi kebiasaan baru ini, selain protokol kesehatan, pembeli tiket juga disuruh membuat pernyataan agar mau diatur promotor. Jika mereka tidak patuh protokol kesehatan akan kami perlihatkan bukti pernyataan mereka yang mereka tandatangani,” ujar Harry.
Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Muh. Ricky Fauziyani menambahkan, kedepannya pihaknya akan terus menghadirkan acara serupa dalam upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia khususnya di sektor ekonomi kreatif.
"Setiap kegiatan akan dibuat sebagaimana layaknya seminar offline dengan memberikan 'panggung' kepada para pelaku seni. Tidak hanya sebagai daya tarik dalam acara, tapi juga memberi peluang bagi pekerja seni tetap berkarya di tengah pandemi," kata Ricky Fauziyani.