JAKARTA, iNews.id - Pakaian yang kita kenakan sehari-hari ternyata turut berkontribusi pada kerusakan lingkungan. Barang fashion, terutama pakaian, melewati berbagai proses yang panjang dan berbahaya untuk lingkungan.
UN Conference of Trade and Development (UNCTD) 2019 mengungkap, fashion adalah industri paling berpolusi kedua di dunia setelah industri perminyakan. Sepuluh persen dari emisi karbon yang memengaruhi krisis iklim dihasilkan dari industri fashion.
Tak hanya itu, jumlah emisi karbon dari industri fashion juga lebih besar daripada total emisi yang dihasilkan dari gabungan industri jasa pengiriman dan penerbangan. Ini berarti industri fashion berperan besar dalam mendorong terjadinya perubahan iklim.
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia fashion telah mengalami perubahan yang signifikan. Para desainer, merek, dan konsumen semakin sadar akan dampak industri fashion terhadap lingkungan dan masyarakat. Sebagai respons terhadap kesadaran ini, tren baru muncul dalam bentuk mode berkelanjutan (sustainable fashion) dan ramah lingkungan.
Mode berkelanjutan bukan hanya tentang penampilan yang keren, tetapi juga tentang cara produksi yang bertanggung jawab dan penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan. Mode berkelanjutan berfokus pada pengurangan dampak negatif industri fashion terhadap lingkungan. Salah satu aspek utama dari mode berkelanjutan adalah produksi yang lebih ramah lingkungan.
Ini melibatkan penggunaan bahan-bahan organik, daur ulang, dan bahan-bahan alami yang lebih berkelanjutan. Bahan-bahan seperti katun organik, rami, serat bambu, dan sutra non-kimia semakin populer di kalangan desainer yang peduli dengan lingkungan.
Salah satu desainer yang menerapkan sustainable fashion adalah Tities Sapoetra. Pada ajang Jakarta Food and Fashion Festival (JF3) di Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara, pembawa acara, aktor, pemain variety show TV, dan pemain sinetron itu menggelar peragaan busana koleksi bertajuk "NALA".
Menggunakan 70 persen bahan organik, Tities berupaya untuk mensupport sustainable fashion dalam berkarya. Ada dua bahan yang menonjol dalam koleksinya, yaitu canvasorganic dan cotton organic. Kedua bahan tersebut telah didaur ulang sedemikian rupa, sehingga limbah dari kain tersebut tidak merusak ekosistem Bumi. Bahkan, air limbah daur ulang tersebut dapat diminum oleh manusia.