3. Prosesi Mayunan dan Keunikannya
Tradisi Mayunan dilaksanakan usai melangsungkan Perang Pandan. Ayunan yang terdiri dari 8 bangku tersebut ditempati oleh gadis Desa Tenganan yang disebut Daha, dengan mengenakan kain tradisional berwarna keemasan.
Sebelum menaiki ayunan, para Daha tersebut telah melalui prosesi ‘nyanjan’ yang ditandai dengan kerauhan (re : kesurupan) saat persembahyangan ‘Karya Pujawali’ yang dilakukan di Pura.
Untuk menggerakkan ayunan, terdapat masing-masing 1-2 orang Truna atau pemuda laki-laki di tiang penyangga ayunan yang bertugas untuk memutar ayunan yang diletakkan di halaman desa tersebut.
Adapun ayunan besar yang digunakan dalam prosesi tersebut merupakan ayunan berusia ratusan tahun yang tidak boleh sembarangan dimainkan, karena dipercaya sebagai ayunan sakral yang merupakan warisan nenek moyang masyarakat Tenganan.
Terlihat seru dan sederhana, namun sarat akan makna dan filosofi!