Unik, Desa Ini Terasing dari Dunia Luar, Ternyata Hanya Dihuni Para Perempuan Cantik 

Wiwie Heriyani
Desa unik yang dihuni oleh perempuan (Foto: nationalpost)

Selain nyaman hidup melajang, dia juga lantas mengungkapkan alasannya mengapa belum juga menikah di usianya yang telah menginjak kepala empat. 

"Aku hanya belum menemukan pria yang tepat,” katanya.

Desa Noica do Cordeiro, di Brasil Tenggara, memiliki 600 populasi wanita. Konon, anak laki-lakinya diusir pada usia 18 tahun dan para suami hanya diperbolehkan berada di kota itu pada akhir pekan.

Meski terdengar indah, para wanita muda di kota itu mulai memprotes rasa frustrasi mereka yang semakin besar karena ketidakhadiran pria.

Kurangnya para lelaki paruh baya yang memenuhi syarat kini telah menyebabkan banyak wanita muda lajang di desa itu untuk mengajukan banding bagi pria yang tertarik, tetapi hanya mereka yang mau beradaptasi untuk hidup di dunia wanita.

Namun, kota ini memiliki peringatan tersendiri. Peringatannya adalah pria harus menjalani hidup mereka sesuai dengan aturan wanita.

Beberapa wanita Noiva de Cordeiro diketahui sudah menikah dan memiliki keluarga, tetapi suami mereka dan setiap putra berusia di atas 18 tahun dipaksa bekerja jauh dari rumah dan hanya diizinkan kembali pada akhir pekan.

Ini berarti kekuatan perempuan berkuasa di komunitas pedesaan, dengan perempuan bertanggung jawab atas setiap aspek kehidupan, mulai dari pertanian hingga perencanaan kota dan bahkan agama. Para penduduk di sana mengatakan kota mereka jauh lebih baik untuk itu.

Kota kecil ini diketahui didirikan oleh Maria Senhorinha de Lima yang dikucilkan setelah dia melarikan diri dari pernikahan paksa. Dia juga dicap sebagai pezina pada saat yang sama.

Dia diusir dari kota pada tahun 1891 setelah gereja Katolik mengucilkannya dan lima generasi berikutnya dari keluarganya ketika dia dikurung dengan pelamar lain.

Dijauhi oleh penduduk setempat, dia dan wanita lain yang kemudian tinggal bersama mereka difitnah sebagai wanita lepas dan pelacur, menyebabkan mereka mengisolasi diri dari dunia luar.

Tak lama kemudian, wanita lain yang ditolak oleh masyarakat bergabung dengannya di kota itu. Pada 1940, seorang pendeta evangelis, Anisio Pereira, mengambil salah satu wanita, berusia 16 tahun, untuk menjadi istrinya dan mendirikan gereja di komunitas yang berkembang. 

Namun, dia terus memberlakukan aturan yang ketat, melarang mereka minum alkohol, mendengarkan musik, memotong rambut atau menggunakan segala jenis kontrasepsi.

Ketika Anisio meninggal pada 1995, para wanita memutuskan untuk tidak pernah lagi membiarkan seorang pria mendikte bagaimana mereka harus hidup. Dan salah satu hal pertama yang mereka lakukan adalah membongkar agama terorganisir yang bias laki-laki yang telah dia dirikan.

Editor : Vien Dimyati
Artikel Terkait
Destinasi
3 jam lalu

Kemenpar Bagi-Bagi Paket Wisata Libur Nataru 2025, Banyak Diskon Tiket Pesawat!

Seleb
4 hari lalu

Sherina Munaf Murka Gajah di Mason Elephant Park and Lodge Bali Dicoret-coret Cat!

Destinasi
6 hari lalu

Wisata Berkelanjutan di Sanggraloka Ubud, Penutup Tahun yang Menenangkan Jiwa

Destinasi
12 hari lalu

Rekomendasi Liburan Akhir Tahun di Tanjung Lesung, Tak Sekadar Pantai Indah!

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal