Semar dan Gareng ketika disingkat menjadi kata "mareng", apabila artikan ke dalam bahasa Indonesia kata tersebut berarti musim panas atau kemarau. Menandakan, ketika musim panas datang dianjurkan untuk mengonsumsi es dawet ayu ini.
Kemudian para penjual dawet ayu biasa menggunakan kayu dari pohon bunga Kanthil (Michelia alba) sebagai bahan untuk gerobak jualannya. Masyarakat Jawa memercayai, kayu pohon bunga Kanthil memiliki unsur magis untuk meningkatkan daya penglaris ketika berjualan.
Begitu juga dengan pernikahan, hal ini berkaitan dengan kesakralan acara tersebut. Jualan es dawet memiliki makna tersendiri. Maknanya, agar kedua pasangan pengantin saling bergotong-royong mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Bukan benar-benar jualan yang identik pembeli membayar dengan uang. Pada prosesi pernikahan, tamu undangan membayar segelas es dawet dengan duit-duitan, yaitu kepingan yang terbuat dari tanah liat.