Dilansir dari Oddity Central, Rabu (3/3/2021) jika masyarakat Indonesia bisa memanen buah kopi dari kotoran musang, Sloper melakukan hal yang sama dengan kotoran burung jacu.
“Saya menyadari, saya dapat mencoba sesuatu yang serupa dengan Camocim dan burung jacu, tetapi ide itu hanya setengah dari pertempuran. Tantangan sebenarnya terletak pada meyakinkan para pemetik kopi saya alih-alih beri, mereka harus berburu kotoran burung," kata Sloper.
Rupanya, Sloper harus mengubah perburuan kotoran burung jacu menjadi perburuan harta karun bagi para pekerja dengan memberi mereka insentif finansial untuk menemukan sejumlah biji kopi.
Biji kopi kemudian harus diekstraksi dari kotorannya dengan tangan, dicuci, dan dikupas dari selaput pelindungnya. Pekerjaan melelahkan inilah yang membuat kopi burung jacu jauh lebih mahal daripada varietas kopi lain.
Sloper memuji burung jacu atas rasa yang luar biasa dari kopi gourmetnya, karena mereka hanya makan ceri kopi paling matang. Berbeda dengan kopi luwak yang dicerna oleh musang, biji kopi bergerak lebih cepat melalui sistem pencernaan burung jacu dan tidak terdegradasi oleh protein hewani atau asam lambung.
Buah ceri yang dihasilkan disangrai, dan minumannya kabarnya memiliki rasa yang unik, seperti kacang dengan nuansa adas manis. Baik karena kualitas dan kelangkaannya, kopi burung jacu adalah salah satu varietas kopi termahal di dunia, dijual dengan harga sekitar dolar per kilogram atau Rp14 juta.