Dia menambahkan, dengan adanya promosi teh lokal, sedikit demi sedikit, para petani mulai menyadari peran pentingnya di rantai pasok dan melakukan upaya perbaikan kolektif melalui kelompok atau koperasi tani. Di antaranya dengan mendayagunakan koperasi sebagai pengumpul untuk memangkas rantai pasok, mengimplementasikan Good Agricultural Practice, hingga diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah hasil panen.
"Bahkan, sejumlah sentra teh Indonesia telah mengembangkan merek teh daerahnya masing-masing yang diproduksi secara mandiri sebagai aktualisasi keterlibatan petani di ranah industri agribisnis," katanya.
Salah satunya, Teh nDeso, teh lokal yang dibangun Paguyuban Tani Lestari dan diproduksi langsung dari perkebunan teh rakyat di Jawa Barat dan Jawa Tengah.Melalui unit usaha ini, petani tidak hanya menjadi produsen bahan baku saja, tetapi juga sebagai pemilik brand dan pelaku bisnis di industri teh.
Nanang Christianto selaku pengelola brand Teh nDeso mengatakan, produk teh ini diproduksi dari pucuk teh berkualitas yang hanya diambil dari perkebunan teh rakyat dengan sortasi dan manajemen mutu yang terjamin agar mempunyai cita rasa dan aroma khas.
Menurut dia, Teh nDeso juga sudah mendapatkan standar Lestari yang memastikan praktik budidaya dan pengolahan teh sudah memerhatikan aspek sosial dan lingkungan berdasarkan prinsip berkelanjutan.
"Kami memberikan harga yang adil untuk petani-petani karena mereka sudah melakukan proses budidaya sesuai dengan standar. Teh nDeso ikut mempertahankan eksistensi perkebunan teh rakyat juga memberikan kualitas teh terbaik untuk konsumen Indonesia.
Dia menjelaskan, peningkatan minat konsumen domestik terhadap teh kini mulai terlihat dari maraknya kafe-kafe yang menawarkan sajian teh yang digemari kaum muda. "Marilah kita sebagai masyarakat Indonesia berpartisipasi dalam transformasi sektor teh Indonesia dan memaksimalkan momentum ini, demi menjaga keberlangsungan teh Indonesia agar tidak punah," kata dia.