Dokter Spesialis Paru Fanny Fachrucha mengatakan, ada manfaat lain dari temulawak yaitu dapat berperan sebagai hepatoprotektor pada pasien TBC (Tuberkolosis). Menurut WHO, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC pada 2020. Penyakit dengan urutan ke-13 ini paling banyak menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang paling mematikan setelah Covid-19.
"Indonesia kini berada di urutan ke-2 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia. Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani. Meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa dicegah,” katanya.
Dokter Fanny melanjutkan, sama seperti obat-obat lain, obat TBC juga memiliki efek samping, termasuk di antaranya gangguan fungsi hati (Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide). Dan, pemberian Hepatoprotektor seperti curcumin yang terkandung dalam Curcuma xanthorrhiza dapat dipertimbangkan sebagai terapi pendamping pada pasien TBC. Sebab, kandungan Curcumin dalam temulawak memiliki efek hepatoprotektif untuk membantu memperbaiki fungsi hati serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut.
Studi terkait curcuma juga terus berkembang termasuk studi kombinasi curcumin dan piperine di mana penambahan piperine ini dapat meningkatkan absorbsi dan bioavailabilitas Curcumin hingga 2.000 persen, di mana peningkatan bioavailibilitas ini akan meningkatkan efikasi dari curcuma sebagai hepatoprotektor,” kata dr. Fanny.
Selain pemaparan tersebut, ternyata temulawak juga dapat membantu mengatasi persoalan gizi di Indonesia.