Berdasarkan pengujian secara in vitro, kandungan ini membuatnya potensial untuk digunakan sebagai antioksidan, antiradang, antimikroba, antikanker (khususnya kanker hati dan darah), dan juga dapat menghilangkan efek buruk kemoterapi.
Keladi tikus ini juga bersifat sebagai obat batuk sehubungan dengan adanya zat aktif yang diduga dapat mencegah dan meringankan reaksi imunologi berupa alergi. Sebenarnya sejak dahulu kala, keladi tikus dipakai secara tradisional untuk membantu meredakan batuk, sakit kepala, dan nyeri perut.
D Jeff menambahkan, ekstrak daun sirsak (Annona muricata) berpotensi sebagai imunostimulator. Hal ini terbukti melalui uji praklinik yang menunjukkan kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, dan acetogenin dalam ekstrak daun sirsak dapat menstimulasi respons imun dengan mengaktifkan makrofag, memicu sekresi interferon gamma, serta meningkatkan ekspresi dan proliferasi sel T helper maupun sel T sitotoksik.
"Beberapa hasil penelitian bioinformatika (in-silico studies) menunjukkan kelompok senyawa acetogenin dalam ekstrak daun sirsak berpotensi sebagai antivirus yang dapat menghambat spike protein dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dan mencegah perlekatan protein virus SARS-CoV-2 pada membran sel manusia," ujarnya.
Menurutnya, ekstrak daun sirsak juga telah lama diketahui mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, antikanker, dan antiperadangan, antiinfeksi, menstabilkan gula darah, obat batuk pilek, dan radang tenggorokan. Sudah lama secara tradisional daun sirsak dipakai di berbagai belahan dunia untuk membantu meredakan nyeri kepala, rematik, dan insomnia.
"Bukti ilmiah lebih mendalam diharapkan terus dilakukan untuk semakin menguatkan level of evidence dari ekstrak daun sirsak ini. Saat ini sudah ditemukan beberapa evidence/bukti ilmiah keladi tikus dan daun sirsak bermanfaat sebagai antiradang dan membantu dalam pengobatan kanker," katanya.