Selain itu, pihaknya juga tak lupa menggaet stakeholder khususnya para pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Sumatera Barat guna bersama-sama menyiapkan rantai pasok mulai dari bumbu-bumbu, packaging, hingga santan sebagai salah satu bahan utama pembuatan rendang khas Minang dalam menduniakan rendang, juga termasuk di Eropa.
"Alhamdulillah, ini bisa dijelaskan. Ini akan menimbulkan suatu antusiasme kebangkitan gastrodiplomasi kita dengan target untuk memompa ekspor sampai 2 miliar dolar AS di 2024. Dan tentunya, bisa memastikan agar rendang sebagai kuliner paling terkenal di Indonesia," tuturnya.
"Bali sebagai destinasi paling terkenal di Indonesia dikenal dunia. Ini bisa berkolaborasi untuk menghadirkan suatu momentum kebangkitan ekonomi kita, juga bagian dari tantangan ekonomi baru," kata Sandiaga.
Sebelumnya launching Rendang Goes to Europe ini mendapatkan aksi protes dari sebagian pelaku usaha kuliner Sumatera Barat. Salah satunya adalah ahli kuliner yang juga penulis dari Sumatera Barat, Reno Andam Suri.
Reno menyatakan protes dan rasa kecewanya, karena mengapa harus Bali yang dijadikan lokasi launching Rendang Goes to Europe itu, dan tidak diadakan di Sumatera Barat.
"Melihat bagaimana acara ini melukai hati teman-teman komunitas Perendang Minang, para UMKM yang juga berjuang untuk besarnya Rendang.
Ya sudahlah kemarin ada berita berdiri pabrik rendang di Bulgaria..uni-uni perendang curhat. Kami bisa apa, tapi apa launchingnya juga harus di Bali?" tulis Reno dalam akun Instagramnya @renoandamsuri.