Angola Keluar dari OPEC setelah Protes Kebijakan Pemangkasan Produksi
LUANDA, iNews.id - Angola menyampaikan akan meninggalkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Hal ini menjadi pukulan terhadap kelompok produsen minyak yang dalam beberapa bulan terakhir berupaya menggalang dukungan pengurangan produksi lebih lanjut guna menopang harga minyak mentah.
Mengutip Reuters, Menteri Perminyakan Angola Diamantino Azevedo mengatakan, OPEC tidak lagi melayani kepentingan negaranya. Angola akan bergabung dengan produsen skala menengah lainnya, Ekuador dan Qatar, yang telah meninggalkan organisasi tersebtu dalam dekade terakhir.
"Kami merasa bahwa Angola saat ini tidak memperoleh keuntungan apa pun dengan tetap berada dalam organisasi tersebut, dan demi membela kepentingan, (kami) memutuskan untuk keluar," ujar Azevedo dikutip, Minggu (24/12/2023).
Adapun, pengumuman keluarnya Angola menyusul protes terhadap keputusan OPEC+ untuk memangkas kuota produksinya pada tahun 2024. Perselisihan ini turut menunda pertemuan kebijakan terakhir OPEC+ pada bulan November dan kesepakatannya mengenai pembatasan produksi baru.
Nigeria merupakan salah satu anggota OPEC di Afrika yang berupaya meningkatkan produksi dan kesulitan memenuhi kuotanya. Pada pertemuan di bulan November, negara ini menerima target OPEC+ yang lebih tinggi untuk tahun 2024, meskipun lebih rendah dari yang diharapkan, sehingga membatasi kemampuannya untuk meningkatkan produksi jika negara tersebut mampu melakukannya.
Sementara itu, tiga delegasi OPEC yang tidak mau disebutkan namanya menyebutm keputusan Angola untuk keluar dari negara tersebut merupakan sebuah kejutan. Pasalnya, mereka memperkirakan perselisihan mengenai kuota Angola akan berakhir.
Angola, yang bergabung dengan OPEC pada tahun 2007, memproduksi sekitar 1,1 juta barel minyak per hari, dibandingkan dengan 28 juta barel per hari untuk seluruh kelompok tersebut.