Arcandra Tahar Beberkan Dampak Naiknya Refinery Margin Terhadap Harga BBM
JAKARTA, iNews.id - Mantan Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar mengungkapkan refinery margin menjadi dasar perhitungan harga BBM. Refinery margin adalah ongkos untuk mengubah minyak mentah menjadi BBM atau selisih antara harga BBM yang dihasilkan kilang dengan harga minyak mentah.
Menurut data, dia mengatakan, dalam lima tahun terakhir refinery margin berada dalam kisaran di bawah 10 dolar per bbl. Namun, pada Mei, Juni dan Juli tahun ini, refinery margin di Singapura mencapai 30 dolar AS per bbl. Sementara refinery margin di Eropa dan Amerika Serikat jauh lebih tinggi.
"Kalau kita buat perhitungan sederhana, dengan harga minyak mentah 70 dolar AS per bbl maka harga BBM yang dihasilkan dengan refinery margin 30 dolar AS per bbl menjadi 100 dolar AS per bbl. Sementara jika menggunakan asumsi refinery margin dalam 5 tahun terakhir, maka harga BBM hanya 80 dolar AS per bbl," kata dia dalam akunnya di Instagram, dikutip Sabtu (24/9/2022).
Artinya, kata dia, harga BBM tahun ini menjadi semakin mahal akibat naiknya refinery margin di berbagai kilang di dunia.
Lebih lanjut komisaris utama PT Pertamina Gas Negara ini menuturkan, kenaikan refinery margin diakibatkan harga minyak mentah mengikuti harga acuan (index) seperti Brent dan West Texas Intermediate (WTI). Selain itu, supply and demand, perang dan lainnya. Di sisi lain, harga BBM ditentukan oleh jenis BBM apa yang dibutuhkan pada waktu tertentu.
"Misalnya, pada saat musim panas banyak orang yang traveling menggunakan mobil yang berbahan bakar RON 92, di mana harga pada saat itu bisa lebih mahal dibandingkan diesel. Jadi pergerakan harga RON 92 tidak mengikuti pergerakan harga minyak mentah dunia," ujarnya.