Banyak Tekanan Global, Laju Inflasi Indonesia Bisa Tembus 4 Persen di 2023
"Mulai pulihnya permintaan domestik tercermin pada pergerakan inflasi inti (core
inflation) yang berada dalam tren yang meningkat. Sejatinya, inflasi domestik berpotensi meningkat jauh lebih tinggi jika kenaikan harga komoditas global sepenuhnya di pass-through ke harga-harga domestik," ungkap Sri Mulyani.
Dia mengungkapkan, potensi transmisi tingginya harga komoditas global tersebut
dapat diredam, dengan jalan mempertahankan harga jual BBM, LPG dan listrik di dalam negeri untuk tidak naik. APBN berperan penting sebagai shock absorber sehingga daya beli masyarakat serta keberlanjutan pemulihan ekonomi tetap dapat dijaga.
"Berbagai kebijakan untuk melindungi masyarakat, seperti melalui skema subsidi dan bantuan sosial, terus dilaksanakan sebagai bagian dalam mengendalikan inflasi. Kebijakan pengendalian inflasi lainnya juga ditempuh bersama dengan Bank Indonesia melalui koordinasi yang kuat dalam forum Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN), baik di tingkat pusat maupun daerah," kata Sri Mulyani.
Berbagai upaya pengendalian inflasi tersebut, lanjutnya, telah berhasil menjaga laju inflasi berada pada level yang moderat. Berbagai lembaga internasional memperkirakan inflasi Indonesia tahun 2022 masih berada di bawah 4,0 persen, dengan Consensus Forecast per Mei 2022 pada kisaran 3,6 persen.
Untuk tahun 2023, beberapa lembaga internasional memperkirakan bahwa harga komoditas akan melandai, lebih rendah dibandingkan tahun 2022, meskipun masih berada pada level yang tinggi.
"Laju inflasi global 2023 juga diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2022. Oleh karena itu, kami berpandangan bahwa asumsi inflasi 2023 yang berada pada kisaran 2,0% - 4,0% masih cukup realistis," tutur Sri Mulyani.
Editor: Jeanny Aipassa