Berawal di Garasi Sederhana, Bluebird Terus Berkembang Jadi Taksi Andalan
"Kami menyadari bahwa, Bluebird bukanlah perusahaan berbasis teknologi digital. Karena inti layanan kami adalah hubungan manusia. Sehingga kami mengelilingi sumber daya manusia dengan teknologi yang dapat mempermudah pekerjaan mereka," ucapnya.
Bahkan, saat transportasi online mulai booming di tengah masyarakat pada akhir 2014 Bluebird melihat hal tersebut sebagai peluang dan bukan ancaman. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan menggandeng penyedia aplikasi online karya anak bangsa sebagai mitranya.
Menurut Andre, perusahaannya selalu berupaya meningkatkan kualitas dan menerima segala perubahan. Tak cuma itu, teknologi aplikasi yang dimilikinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Hal itu juga yang membedakannya dengan layanan transportasi online lainnya sehingga menjadikan Bluebird tetap berada di hati pengguna setianya.
Hal ini diamini oleh salah satu pengguna setia Bluebird bernama Nurul Afiani Zhafirah. Nurul, sapaan akrabnya diketahui telah menggunakan Bluebird sejak tahun 2013 untuk membantu mobilitasnya.
Sebagai anak rantau, Nurul harus bolak-balik tempat tinggal dan bandara dalam beberapa waktu. Menurutnya, menggunakan Bluebird membuatnya merasa lebih nyaman karena standardisasi yang digunakannya.
"Suka aku pakai kalau ke bandara subuh-subuh karena bisa dipesan jauh-jauh dan lebih aman karena di-track nomor kendaraannya," ujarnya saat berbincang dengan iNews.id.
Tak cuma itu, milenial kelahiran tahun 1995 ini juga mengaku tertarik menggunakan layanan Bluebird karena armada yang dimiliki bisa menggunakan layanan pembayaran non-tunai QRIS dan credit card (CC).
"Pembayaran sekarang bisa pakai QRIS jadi lebih enak. Aplikasi MyBluebird juga ngebantu banget karena bisa pesan untuk di jam tertentu dan bisa dibayar pakai apa saja bahkan bisa di-connect sama CC," ucap Nurul.