Bukan Elon Musk, Ini Orang Terkaya dalam Sejarah Umat Manusia
JAKARTA, iNews.id - Elon Musk merupakan orang terkaya di dunia saat ini dengan kekayaan bersih sebesar 277 miliar dolar AS atau Rp3.929,2 triliun per 2021. Namun, CEO Tesla itu bukanlah orang terkaya dalam sejarah umat manusia.
Mansa Musa diketahui sebagai orang terkaya dalam sejarah umat manusia. Dia merupakan seorang raja Muslim di tepi barat Afrika yang memiliki kekayaan tak tertandingi bahkan di era modern saat ini.
Mansa merupakan gelar yang dipakai untuk merujuk pada seorang 'Sultan' atau 'Kaisar'. Musa menjadi kaisar Mali pada 1312 hingga 1327 dan menjadikan wilayah kekuasaannya termasuk Timbuktu, Ghana, dan Mali, menjadi makmur tidak seperti sebelumnya.
Orang terkaya dalam sejarah umat manusia ini diperkirakan memiliki kekayaan sekitar 400 miliar dolar AS atau setara Rp5.724,5 triliun dalam bentuk uang modern. Kerajaannya juga tersebar di 2.000 mil wilayah dari Mali, Senegal, Niger hingga Gurun Sahara yang penuh dengan kekayaan dan kekayaan alam yang membuat Musa sampai saat ini masih terkenal.
Musa disebut memiliki koleksi emas dengan jumlah yang besar. Para ahli dan sejarawan berspekulasi bahwa Musa memiliki sekitar setengah dari emas dunia, kira-kira senilai 5 triliun dolar AS.
Perjalan Haji yang Mewah
Haji dianggap sebagai salah satu dari lima pilar dalam agama Islam. Sebagai seorang kaisar yang saleh, Mansa Musa melakukan perjalanan suci ini dari tahun 1324-1325 dengan ditemani begitu banyak pelayan dan menteri sehingga bisa disebut sebagai salah satu perjalanan termahal sepanjang masa.
Karena perjalanannya berlangsung lama, dia menempatkan putranya, Muhammad untuk bertanggung jawab atas ibu kota kerajaannya, Naini. Musa diketahui pergi dengan menggunakan karavan yang terdiri tidak kurang dari 60.000 orang.
Dengan banyaknya orang yang ikut dalam perjalanannya, bisa disebut tidak ada seorang pun dari pusat kerajaannya yang tertinggal. Dia membawa tentara, penghibur, budak, pedagang, dan sebagian besar ternaknya sebagai sumber makanan.
Tak hanya Musa yang memamerkan kekayaannya, masing-masing subjeknya tampak hampir sama berkilau dengan semua emas dan sutra. Setidaknya terdapat 100 unta yang masing-masing membawa 100 pon emas.
Dia dan rakyatnya yang kaya akhirnya memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memamerkan kekayaan mereka ketika sampai di Kairo.
Dikenal Murah Hati
Meski memiliki kekayaan yang berlimpah, Musa dikenal tidak pelit dan sering memberikan hadiah kepada pejabat yang ditemui. Seperti saat dia singgah di Kairo dalam perjalanan haji ke Arab Saudi, di mana orang terkaya dalam sejarah umat manusia ini menghabiskan begitu banyak emas untuk orang miskin dan menyebabkan inflasi massal di wilayah yang dia singgahi.
Diketahui, kepemilikan terhadap aset yang melimpah hanya satu sisi dari kekayaan materi yang dimiliki Musa. Dikenal sebagai sosok raja yang murah hati dan sifat dedikatifnya terhadap agama, hal ini berpengaruh terhadap perkembangan Islam di Afrika.
Musa membangun kota Timbuktu yang menjadi peradaban Islam yang maju. Dia membangun banyak sekolah, masjid, hingga universitas besar. Masjid bersejarah di kota ini, Djinguereber Mosque sampai saat ini masih berdiri megah.
Terdapat beberapa warisan Musa yang masih bertahan beberapa generasi hingga saat ini. Di antaranya mausoleum, perpustakaan, dan masjid. Bahkan, periode kepemimpinannya dianggap sebagai zaman keemasan dalam sejarah negara Mali.
Tinggal di Kairo dan Kehancuran Emas
Saat berada di Kairo, Mansa Musa diharapkan sujud dihadapan penguasa Kairo, tetapi dia menolak dan menyebut hanya akan membungkuk di hadapan Allah atau Yang Maha Kuasa.
Dia memberi tahu penguasa Kairo bahwa kehadirannya di sana karena sedang mampir dalam perjalanan haji ke Tanah Suci dan tidak membahas politik. Selama di Kairo, dia membayar penguasa setempat dengan kebaikan dan kekayaan.
Penguasa Kairo membiarkan rombongan Musa untuk tinggal dan berperilaku boros selama sekitar tiga bulan. Selama tinggal di Kairo, jatuhnya emas terjadi.
Para menteri dan sahabat orang terkaya dalam sejarah umat manusia ini menghabiskan begitu banyak uang di pasar Kairo untuk membeli barang-barang yang bahkan tidak mahal sehingga nilai emas turun. Bahkan, peristiwa ini tidak dapat dipulihkan Mesir selama 12 tahun setelahnya.
Sebelumnya, tidak ada yang menyangka bahwa terlalu banyak kemakmuran akan menghancurkan perekonomian. Tetapi, terdapat Depresi Hebat tahun 1929 yang bisa diambil petunjuknya.
Editor: Aditya Pratama