China Akan Buka Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida Terbesar di Dunia Tahun Depan
BEIJING, iNews.id - China sedang berupaya meningkatkan pembangkit listrik tenaga air yang besar. Ini sebagai bagian dari proyek energi hibrida terbesar di dunia, yang menghasilkan lisrik dari tenaga air dan fotovoltaik.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Kela akan dibangun di Provinsi Sichuan, China barat daya, dekat dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lianghekau, yang terletak di Sungai Yalong dengan kapasitas mencapai 1 juta kW. Sedangkan panel surya akan dipasang di pegunungan pada ketinggian hingga 4.600 meter, dengan kapasitas tambahan 1 juta kW.
Mengutip CGTN, proyek ini ditargetkan beroperasi selama 1.732 jam dalam setahun, dengan kapasitas daya rata-rata tahunan mencapai 2 miliar kilowatt-hours saat selesai pada 2023 mendatang.
China menerapkan praktik energi bersih untuk mencapai target puncak emisi karbon pada 2030. Selain itu, juga untuk mencapai netralitas karbon sebelum 2060.
Menurut Qi Ningchun selaku Ketua operator proyek tersebut, Yalong River Hydropower Development Co. Ltd., Stasiun Kela akan membantu mengurangi emisi karbon dioksida lebih dari 1,6 juta ton, setara dengan membakar 600.000 ton batu bara. Stasiun Kela akan menjadi sumber daya pelengkap untuk PLTA karena output kedua pembangkit ini berubah secara khas sepanjang tahun.
PLTA menghasilkan tenaga listrik paling besar di musim panas. Ssedangkan musim dengan kinerja terbaik untuk PLTS seperti Kela adalah di musim gugur dan musim semi.
Masalah untuk pembangkit fotovoltaik adalah output berfluktuasi sepanjang hari. Performa mencapai puncaknya pada siang hari dengan sinar matahari penuh tetapi tidak ada daya yang dihasilkan di malam hari. Perubahan pasokan seperti itu dapat mempengaruhi stabilitas operasi jaringan.
Namun dengan menggabungkan penggunaan dua jenis sumber daya menjadi satu stasiun, jaringan tidak hanya akan menerima peningkatan jumlah listrik, tetapi juga pasokan listrik yang jauh lebih stabil. Stasiun Fotovoltaik Kela akan mengirimkan listrik ke PLTA, yang terhubung ke jaringan nasional, sehingga kedua komponen tersebut dapat membantu meringankan perubahan harian dan musiman dari output daya yang tidak stabil.
Stasiun Kela, yang dibangun di daerah yang kurang berkembang di Sichuan diharapkan dapat meningkatkan ekonomi lokal secara signifikan. Setelah konstruksi diharapkan dapat memberi kontribusi sebesar 150 juta yuan terhdap pajak tahunan dan menciptakan lebih dari 3.000 lapangan kerja bagi penduduk setempat.
Sementara supaya para penggembala lokal terus memberi makan sapi dan domba mereka di daerah itu, panel surya akan ditinggikan 1,8 meter di atas padang rumput.
Membangun ladang tenaga surya besar-besaran di dataran tinggi yang kokoh lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut bukan tugas mudah bagi para teknisi. Cuaca ekstrem dan persyaratan perlindungan ekologis yang tinggi adalah salah satu tantangan terbesar.
Konstruktor menggunakan teknologi mutakhir, dari kecerdasan buatan hingga teknologi geografis canggih untuk menghindari kerusakan lingkungan. Teknisi menciptakan model digital untuk mensimulasikan pekerjaan konstruksi sebelum melakukan peletakan batu pertama di lokasi untuk membatasi kerusakan lingkungan.
Wakil Direktur Pusat Penelitian Nasional yang berspesialisasi dalam teknologi rekayasa penginderaan jauh, Shen Zhanfeng mengatakan, eksperimen telah membantu memberikan titik referensi yang berguna untuk pembangunan proyek energi bersih lainnya di ketinggian.
"Teknologi konstruksi cerdas dapat memberikan dukungan teknis dan menjaga operasi pembangkit listrik yang stabil," katanya.
Stasiun Kela juga akan mengadopsi beberapa teknologi informasi terkini. Platform operasi yang sangat terkomputerisasi yang dilengkapi dengan data besar dan teknologi AI akan digunakan untuk mendeteksi kesalahan peralatan.
Editor: Jujuk Ernawati