China Larang Kripto Bikin Penambang Jual Murah Mesin hingga Pindah ke Luar Negeri
SHANGHAI, iNews.id - Tindakan keras China terhadap penambangan mata uang kripto di negaranya telah melumpuhkan industri yang menyumbang lebih dari setengah produksi Bitcoin dunia. Itu terjadi karena para penambang menjual mesin dengan harga murah atau pindah ke negara lain, seperti Texas atau Kazakhstan.
"Banyak penambang keluar dari bisnis untuk mematuhi kebijakan pemerintah. Mesin pertambangan dijual seperti besi tua," kata operator tambang kripto di Provinsi Barat Daya Sichuan Mike Huang, dikutip dari Reuters, Minggu (27/6/2021).
Pemerintah Sichuan telah melarang penambangan kripto pada pekan lalu. Sichuan merupakan pusat penambangan Bitcoin terbesar kedua di China setelah Xinjiang.
Dewan Negara China berkomitmen menindak keras perdagangan dan penambangan Bitcoin untuk mengendalikan risiko keuangan. Tindakan keras ini dilakukan berbarengan dengan bank sentral China yang menguji mata uang digitalnya.
Pihak berwenang China mengatakan, mata uang kripto mengganggu tatanan ekonomi, memfasilitasi transfer aset ilegal, dan pencucian uang. Analis mengatakan, China juga khawatir Bitcoin jadi saingan yuan digital dan bisnis penambangan Bitcoin bisa merusak lingkungan.
Mengikuti seruan pemerintah, pusat penambangan utama kripto di China, seperti Mongolia Dalam, Xinjiang, Yunnan, dan Sichuan, telah melakukan tindakan untuk menghentikan penambangan kripto.
"Jika pemerintah tidak mengizinkan (menambang kripto), saya harus berhenti," kata operator proyek pertambangan di Provinsi Yunnan, Liu Hongfei.
Nishant Sharma, pendiri BlocksBridge Consulting, sebuah konsultan yang berfokus pada industri penambangan kripto mengatakan, sebagian besar penambang di China telah mematikan mesin dan menjualnya.
Bitcoin dan uang kripto lainnya dibuat atau 'ditambang' oleh komputer bertenaga tinggi atau rig, untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks dalam proses yang menggunakan listrik secara intensif.
Harga rig pertambangan telah merosot setelah larangan tersebut. Seorang penambang di Sichuan mengatakan, satu mesin yang dijual sekitar 4.000 yuan atau sekitar Rp9 juta pada April dan Mei lalu, kini bisa dibeli dengan harga cuma 700-800 yuan atau setara Rp1,5 juta hingga Rp1,8 juta.
Bitmain, pembuat mesin penambangan uang kripto terbesar di China mengatakan, telah menangguhkan penjualan produknya dan mencari pasokan listrik di luar negeri bersama kliennya, seperti ke Amerika Serikat, Kanada, Australia, Rusia, Kazakhstan, dan Indonesia.
Sementara perusahaan lain, BIT Mining telah mengirim batch pertama sebanyak 320 mesin penambangan ke Kazakhstan. Batch kedua dan ketiga, dengan total 2.600 mesin akan dikirim ke sana pada 1 Juli 2021.
"Kami mempercepat pengembangan luar negeri kami untuk sumber daya pertambangan alternatif berkualitas tinggi," kata CEO BIT Mining Xianfeng.
BIT Mining juga telah berinvestasi di pusat data penambangan kripto di Texas. Huang Dezhi, yang mengoperasikan proyek pertambangan di Sichuan mengayatakan tengah menjajaki kemungkinan tujuan luar negeri seperti Kazakhstan.
"Jika pemerintah tidak mengubah kebijakan tersebut, kami tidak punya pilihan lain. Anda tidak dapat menentang keputusan pemerintah pusat," ujar Huang.
Seemntara seorang manajer proyek bermarga Sun mengatakan, dia telah menawarkan bantuan kepada penambang lokal pindah ke Rusia. Namun dia mengatakan, akan ada risiko jika memindahkan mesin ke luar negeri.
"Risiko besar jika Anda memindahkan mesin ke luar negeri karena Anda pada dasarnya menyerahkan kendali atas aset Anda," kata Sun.
Editor: Jujuk Ernawati