Dukung Peningkatan Investasi dan Produktivitas Sektor Migas, ASPEBINDO Gelar Indonesia Energy Outlook 2025
Regulasi Sektor Hulu Migas Buka Peluang Investasi
Indonesia Energy Outlook 2025 terdiri dari tiga diskusi panel, sesi diskusi panel pertama yang mengangkat tema bertajuk “'Regulatory Reform for Upstream Oil dan Gas Unlocking Investment Opportunity and Legal Certainty”, menghadirkan para narasumber kompeten di antaranya Regional President Asia Pacific Gas & Low Carbon Energy (G & LCE) British Petroleum,Kathy Wu,Staf Khusus (Stafsus) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Nanang Abdul Manaf; Wakil Ketua Umum Aspebindo Fathul Nugroho, dan VP Upstream Business Planning & Portfolio, Management PT Pertamina Hulu Energi Asep Samsul Arifin.
Regional President Asia Pacific Gas & Low Carbon Energy (G & LCE) British Petroleum, Kathy Wu yang menuturkan, Indonesia adalah salah satu negara yang penting dalam industri energi dan sumber daya mineral.
“Oleh karena itu, agar dapat memaksimalkan potensi sumber daya alam dan menarik investasi asing, menurutnya pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui kebijakan yang tepat,” ucapnya.
Dia mengambil contoh succes story Meksiko yang menerapkan kebijakan dan regulasi, fiskal yang atraktif dan fleksibel, dan pemberian insentif dalam menarik investasi asing ke dalam industri energi dan sumber daya mineral.
"Perbaikan kebijakan dan regulasi sangat penting untuk mendorong investasi asing masuk ke industri energi dan sumber daya mineral Indonesia. Pertimbangan lainnya adalah keamanan dan pemberian insentif," ujar Kathy.
Sementara, terkait investasi migas Stafsus Kementerian ESDM Nanang Abdul Manaf mengatakan, investor luar negeri di dalam industri pertambangan sangat diperlukan oleh industri hulu minyak dan gas (migas) karena memang karakteristik industri migas adalah sangat high investment, high risk, dan high technology.
"Pertamina pernah mengebor sumur yang memakan waktu hingga satu tahun dengan biaya triliunan, namun ternyata dry hold. Jadi industri ini sangat high risk dan high investasi, dan high technology. Kalau mendanai sendiri Pertamina nggak akan mampu. Saking besarnya risiko dan investasi yang diperlukan untuk industri ini, kita butuh investasi luar negeri, perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak," katanya.