Dulu Korban Bully dan Ditipu Ratusan Juta, Kini Juragan 150 Kamar Kos di Usia Muda
Pulang dari China, dia nekat untuk ikut bazar menjual makanan bernama Sumo Squid menggunakan uang tabungannya. Namun, dia kembali gagal karena persiapan yang tidak matang. Kendati demikian, Anthony tak patah arang hingga akhirnya dia menjualnya di mal-mal dan berhasil untung. Saat itu, dia kuliah Senin-Kamis sambil bisnis, dan tidur hanya 3-4 jam selama 3-4 bulan.
Sayangnya, dia kelelahan dan karena memproduksi makanan di apartemennya, Anthony kena paru-paru basah. Dia pun memutuskan berhenti.
"Saya tumbang kelelahan dan enggak sehat hirup tepung jadi paru-paru basah parah. Saya hampir mati. Lalu, operasi besar biaya dengan biaya Rp100 jutaan lebih. Akhirnya putuskan stop dulu," ujarnya.
Kemudian, dia mencoba berinvestasi di bebarapa instrumen investasi, mulai dari futures (kontrak berjangka), kripto hingga menjadi suplier cumi ke supermarket. Namun semuanya gagal, dia ditipu. Bahkan, Anthony merugi hingga ratusan juta rupiah saat menjadi suplier cumi.
Dari sana, dia terinspirasi dari miliarder Indonesia yang banyak berbisnis di bidang properti. Dia pun mulai terjun ke bisnis ini.
Dia memilih binis kamar kos-kosan karena menurutnya bisnis ini yang paling aman untuk pemula jika dibanding dengan properti jenis lain, seperti kavling. Apalagi investasi ini tidak menggunakan uangnya, tapi berasal dari pendanaan orang lain.
Dia membangun kos-kosan di lokasi yang terbukti sudah ramai. Kemudian, dia menamabhkan fitur lebih lengkap dan lebih bagus, tapi harga lebih murah atau mahal sedikit tapi lebih worth it. Strateginya berhasil karena permintaan untuk kos-kosan fancy sangat besar.
"Total ada 150 kamar kosan yang sudah terbangun, masih ada yang masih dalam proses," ucapnya.
Selain bisnis kos-kosan, Anthony juga membangun vila, Airbnb, perumahan, dan cloud kitchen. Ke depan, dia ingin investasi ke perusahaan atau properti orang lain. Adapun kunci suksesnya adalah kerja keras.
"Semua tergantung passion. Aku suka kerja keras walau enggak pinter di pendidikan tapi aku kerja keras untuk capai hal itu, enggak peduli hasilnya, aku kerja keras dulu. Mereka yang gagal karena enggak komit kerja keras sampai akhir. Itu bedanya orang sukses dan enggak, jangan lupa kerja keras, coba hal-hal yang baru lagi," tuturnya.
Editor: Jujuk Ernawati