Gubernur Bank Sentral Prediksi Inflasi Sri Lanka Bakal Tembus 70 Persen
Meski mengakui penting untuk memiliki jaring pengaman sosial bagi masyarakat miskin dan tidak terpengaruh, namun dia mengatakan, akar penyebab krisis ekonomi saat ini terletak pada salah urus fiskal selama beberapa dekade.
"(Pemerintah) telah menjalankan defisit fiskal yang besar selama sekitar 8 persen hingga 9 persen untuk waktu yang lama. Akibatnya, kami memiliki tingkat utang publik yang sangat tinggi (yang) menjadi tidak berkelanjutan," tuturnya.
Weerasinghe optimistis reformasi akan dilakukan di bawah presiden baru Sri Lanka. Dia menunjukkan presiden baru telah terlibat dalam negosiasi dengan IMF.
"Saya berharap komitmen itu akan terus berlanjut, semakin cepat semakin baik, sehingga kita bisa mengurangi rasa sakit yang kita alami saat ini,” ujarnya.
Bank sentral memperkirakan masalah rendahnya cadangan devisa akan terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan sampai tercapai kesepakatan dengan IMF. Dia juga mengatakan, Sri Lanka sedang menegosiasikan jalur kredit dengan beberapa negara sahabat, di antaranya India, Jepang, China dan Bangladesh.
Namun, dia menepis laporan yang menyebut Sri Lanka telah jatuh ke dalam jebakan utang China. China telah mendanai pembangunan infrastruktur besar-besaran di Sri Lanka, memperpanjang pinjaman selama dekade terakhir dengan persyaratan yang sering digambarkan sebagai tidak jelas oleh beberapa pengamat.
Dalam contoh yang sering dikutip, Sri Lanka terpaksa menyewakan pelabuhan Hambantota miliknya kepada sebuah perusahaan China selama 99 tahun setelah gagal membayar utangnya.
"Saya tidak setuju dengan konsep terjebak oleh China. China telah berinvestasi dan membantu Sri Lanka dalam jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya kami memiliki sejumlah utang dengan China," tuturnya.
Dia bahkan bersikeras proyek-proyek itu sangat bagus dan memiliki potensi besar.
Editor: Jujuk Ernawati