Harga Batu Bara Meroket, Laba IATA Melesat
Hal ini terutama disebabkan oleh permintaan tinggi untuk sumber daya energi seperti batu bara sebagai akibat dari negara-negara yang bergantung pada minyak dan gas berebut untuk mencari alternatif setelah mengalami kesulitan dalam mengamankan pasokan.
Sementara sesuai komparasi berdasarkan PSAK 38 DK24, dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun 2021, pendapatan usaha meningkat tajam sebesar 254,36 persen atau 84,50 juta dolar AS pada semester I 2022 dari 23,85 juta dolar AS pada semester I 2021. Kenaikan juga dapat dilihat dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu, dari 13,63 juta dolar AS di kuartal II 2021 menjadi 44,11 juta dolar AS di kuartal II 2022 atau sebesar 223,61 persen.
Perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi batu bara, yang mulai membuahkan hasil pada peningkatan laba bersih menjadi 32,19 juta dolar AS pada semester I 2022, melesat 735,49 persen dibandingkan 3,85 juta dolar AS pada semester I 2021.
Laba bersih perseroan juga naik sebesar 335,55 persen dari 3,63 juta dolar AS pada kuartal II 2021 menjadi 15,80 juta dolar AS pada kuartal II 2022.
Keuntungan yang dibukukan IATA berasal dari anak usaha BCR yaitu PT Putra Muba Coal (PMC) dan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), yang masing-masing menargetkan produksi sebanyak 4,5 juta MT dan 1,8 juta MT untuk tahun 2022, meningkat dari 2 juta MT dan 590.000 MT di 2021.