Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Berjalan Lambat, Pertumbuhan EBT Sulit Capai Target 23 Persen di 2025
Advertisement . Scroll to see content

Harga Mahal Jadi Penyebab EBT Sulit Capai Target 23 Persen di 2025

Rabu, 14 April 2021 - 17:06:00 WIB
Harga Mahal Jadi Penyebab EBT Sulit Capai Target 23 Persen di 2025
Pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Indonesia menargetkan capaian bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025 mendatang. Namun hingga akhir 2020, realisasi bauran EBT baru mencapai 11,51 persen. Capaian tersebut juga masih berada di bawah target semula yang dipatok pada kisaran angka 13,4 persen pada 2020.  

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengungkapkan harga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan EBT. Pasalnya, paradigma bahwa harga EBT lebih mahal dibandingkan energi fosil masih berkembang di masyarakat.

“Memang realitanya sejauh ini energi fosil masih jauh lebih murah jika dibandingkan dengan EBT. Contohnya misal pada batubara. Untuk batubara sejauh ini adalah energi primer paling murah bagi sumber energi kita. Ini jauh jika dibandingkan bila menggunakan misal solar panel ataupun tenaga angin,” kata Mamit, dalam acara Market Review IDX Channel, Rabu (14/4/2021).

Oleh sebab itu, lanjutnya, perlu ada insentif harga untuk EBT, sehingga nantinya penggunaan EBT lebih meningkat. Dia mencontohkan, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan Perpres untuk harga solar panel.

"Ini sebagai salah satu upaya untuk mendorong penggunaan solar panel di rumah tangga maupun di perkantoran. Sehingga ada peningkatan terkait dengan penggunaan EBT,” ujar Mamit.

Dia mengungkapkan, pengembangan panas bumi yang belum maksimal juga menjadi kendala dalam pengembangan EBT. Ini adalah salah satu potensi yang belum dimanfaatkan, sementara Indonesia mempunyai panas bumi yang sangat besar.

“Saya kira perlu ada duduk kembali bersama antara kementerian, terutama antara Pertamina dan PLN dalam rangka pengembangan panas bumi. Karena sayang sekali potensi yang cukup besar ini kalau tidak dimanfaatkan secara maksimal. Padahal ini salah satu cara tercepat untuk kita bisa mengejar bauran energi tersebut,” tutur Mamit.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut