Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : BI Kembali Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen, Berikut Alasannya
Advertisement . Scroll to see content

Harga Minyak Mentah Menguat Imbas Kenaikan Suku Bunga dan Ancaman Permintaan China

Jumat, 04 November 2022 - 10:42:00 WIB
Harga Minyak Mentah Menguat Imbas Kenaikan Suku Bunga dan Ancaman Permintaan China
Harga minyak mentah menguat di awal perdagangan pada, Jumat (4/11/2022) setelah sempat mengalami koreksi di pembukaan. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Harga minyak mentah menguat di awal perdagangan pada, Jumat (4/11/2022) setelah sempat mengalami koreksi di pembukaan. Kenaikan ini menyusul kekhawatiran pasar terhadap lonjakan suku bunga di Amerika Serikat dan kecemasan terhadap Covid-19 di China yang dikhawatirkan mengurangi permintaan bahan bakar.

Data perdagangan hingga pukul 09:22 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak Januari 2023 menguat 0,56 persen di 95,20 dolar AS per barel.

Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Januari tumbuh 0,52 persen sebesar 87,63 dolar AS per barel.

Kekhawatiran resesi di Amerika Serikat, selaku konsumen minyak terbesar dunia, tumbuh sejak Kamis (3/11/2022) lalu, setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan, sangat prematur berpikir untuk menghentikan kenaikan suku bunga.

"Momok kenaikan suku bunga masih akan berdampak lebih lanjut yang dapat meredupkan harapan kenaikan permintaan," tulis analis ANZ Research dikutip dari Reuters, Jumat (4/11/2022).

Menambah kecemasan pasar, Bank of England memperingatkan pada Kamis (3/11/2022) bahwa menurut mereka Inggris telah memasuki masa resesi dan ekonomi mereka dimungkinkan tidak akan tumbuh selama dua tahun lagi.

Berdasarkan pengamatan ANZ Research, terdapat tanda-tanda permintaan minyak yang lebih lemah di Eropa dan Amerika Serikat menyusul berkurangnya orang-orang yang mengemudi kendaraan.

Lebih jauh, kebijakan China yang tetap berkutat pada pembatasan ketat Covid-19 dinilai masih akan membebani pasar minyak. Selain itu, pasar juga akan terdampak langkah Arab Saudi yang menurunkan harga jual resmi (OSP) minyak 'Light' andalan mereka untuk periode Desember sebesar 40 sen menjadi 5,45 dolar AS per barel.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut