Jumlah Kelas Menengah RI Turun, Bagaimana Dampaknya ke Jaminan Sosial?

JAKARTA, iNews.id - Pemerintah dinilai perlu menyelesaikan persoalan kelas menengah di Indonesia yang kini turun level menjadi kelas menengah bawah atau aspiring middle class (AMC). Sebab, kelompok hierarki sosial ekonomi ini memiliki peran besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Pengamat Ketenagakerjaan asal Universitas Gadjah Mada (UGM), Tadjudin Nur Efendi mengatakan, bentuk intervensi pemerintah paling konkret adalah memasifkan investasi di Tanah Air. Menurutnya, menguatnya investasi membuka peluang serapan tenaga kerja baru.
“Kalau investasi masuk itu ada peluang menciptakan lapangan kerja, maka pengangguran rendah. Tapi pengangguran memang masih tinggi, nah ini menjadi beban kelas menengah,” ujar Tadjudin saat dihubungi, Sabtu (7/9/2024).
Menurutnya, investasi di Indonesia saat ini tidak begitu menggembirakan baik di sektor UMKM maupun industri besar. Dia memandang, kondisi tersebut mendorong naiknya pengangguran dan membuat jumlah kelas menengah di dalam negeri semakin merosot.
Tadjudin menambahkan, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), jumlah pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak Januari-Agustus 2024 mencapai 46.240 orang. Sedangkan, sepanjang 2023 persentase pekerja yang kehilangan pekerjaanya sebanyak 57.923 orang.
“Departemen Ketenagakerjaan sampai akhir Agustus (2024) jumlah PHK yang saya catat itu ada 46.240 pekerja, nah belum dimasukan PHK di tahun 2023, jumlahnya sudah cukup besar, itulah yang menyebabkan penurunan kelas menengah. 2023 itu yang di PHK itu kira-kira 57.923, ini menurut Departemen Ketenagakerjaan,” kata dia.
“Memang sebaiknya penciptaan peluang kerja. Peluang kerja itu harus ada investasi, nah investasi di Indonesia ini belakangan ini boleh dikatakan tidak begitu menggembirakan baik di sektor UMKM maupun industri besar,” tuturnya.