Kisah Hafiza, Pendiri Nalacity Foundation yang Berdayakan Penderita Kusta Jadi Pengusaha Fashion Muslim
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, Nalacity Foundation menggandeng seorang fashion designer untuk mengasah kemampuan menjahit ibu-ibu OYPMK.
“Jahitan mereka sudah semakin bagus sekarang, model yang dihasilkan juga disesuaikan dengan tren,” ujar Fiza.
Setiap bulan, Fiza belanja bahan sebanyak 60-80 bahan dari seorang supplier di Jakarta dan langsung diantar ke Kampung Sitanala untuk dijahit. Setiap pekan, produk yang sudah jadi diambil oleh Nalacity Foundation.
“Kemudian kami cek dan kami masukkan ke dalam packaging lalu kami pasarkan di media online,” jelas Fiza.
Dalam sebulan, produksinya mencapai 50-70 buah. Bukan hanya jilbab, tapi mereka juga memproduksi bross.
Pembelinya kebanyakan berasal dari Jakarta, selebihnya Jawa dan Sumatra. Namun pembeli tak hanya berasal dari dalam negeri.
“Jilbab dan bross dari Kampung Sitanala ini juga sudah sampai Qatar,” tutur Fiza.
Jilbab manik-manik tersebut dibanderol dengan harga Rp50.000 hingga Rp80.000, sedangkan bross dijual dengan harga Rp20.000 hingga Rp25.000. Omzet yang bisa didapat per bulannya sekitar Rp1 juta sampai Rp3 juta dengan keuntungan 20 persen hingga 50 persen.
Dari keuntungan tersebut, 10 persen sampai 30 persen nya dipakai untuk modal produksi berikutnya dan membiayai program pemberdayaan masyarakat melalui Nalacity Foundation.
Adapun, ibu-ibu di Kampung Sitanala mendapatkan Rp 7.000 hingga Rp 20.000 untuk satu produk yang mereka buat.
Berkat kegigihannya, Fiza mendapatkan berbagai macam penghargaan, salah satunya dari Majalah The Marketeers di akhir tahun 2014 lalu sebagai Young Woman Netizen 2015.
Selain itu, ia juga pernah menyabet penghargaan Inspiring Girls Theme Indonesia National Youth Magazine pada tahun 2011 silam.
Demikian kisah Hafiza, pendiri Nalacity Foundation yang memberdayakan penderita kusta menjadi pengusaha jilbab, yang kini memiliki omzet jutaan rupiah.
Editor: Jeanny Aipassa