Korea Selatan dan Rusia Kerja Sama Bangun PLTN di Mesir Senilai Rp32,6 Triliun
Dia juga mengatakan, kementerian terkait Korea sudah memberi tahu Amerika Serikat (AS) tentang perincian kontrak dan kedua belah pihak akan melanjutkan konsultasi yang erat.
Mengenai kekhawatiran atas teknologi AS, yang digunakan untuk PLTN, Kantor Kepresidenan mengatakan, "Mungkin ada berbagai ketidakpastian mengenai sanksi terhadap Rusia, tetapi itu telah diselesaikansaat ini, jadi kami telah mencapai kesepakatan akhir."
Sejak Korea Hydro & Nuclear Power terpilih sebagai penawar tunggal pada Desember tahun lalu, variabel tak terduga seperti invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi terhadap Rusia telah membuat untuk mencapai kontrak final.
Kementerian Perindustrian Korea Selatan berharap, proyek tersebut dapat berkontribusi pada pemulihan ekosistem PLTN lokal dengan memasok pekerjaan ke perusahaan peralatan dan konstruksi nuklir. Selain itu, pengalaman memasuki pasar PLTN Afrika untuk pertama kalinya akan memberikan lebih banyak peluang bagi perusahaan Korea dengan teknologi yang sangat baik.
Atomstroyexport adalah perusahaan teknik Rusia terkemuka dari State Corporation Rosatom dalam pembangunan fasilitas tenaga nuklir di luar negeri. Sebagai pemasok global utama dalam industri nuklir, Rosatom adalah salah satu dari sedikit perusahaan negara besar Rusia yang masih belum dikenakan sanksi oleh AS dan sekutunya atas invasi Kremlin ke Ukraina.
"Kami di Rosatom sangat yakin bahwa kerja sama nuklir tidak boleh berhenti di masa yang penuh gejolak ini," kata Direktur Bisnis Internasional Rosatom, Boris Arseev, dikutip dari Bloomberg.
Rusia memiliki sejarah panjang dalam mengejar proyek energi skala besar di Mesir, seringkali sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk menantang pengaruh politik, militer, dan ekonomi AS. Adapun Uni Soviet membantu membangun Bendungan Tinggi Aswan pada 1960-an.
Editor: Jujuk Ernawati