Lebih Besar dari Utang Negara, Ini Nilai Aset Holding BUMN Tambang
JAKARTA, iNews.id – Langkah pemerintah menyatukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lewat skema holding membuat aset perusahaan pelat merah semakin gemuk. Salah satunya aset holding BUMN tambang yang disebut melampaui nilai nominal utang luar negeri.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, total aset holding BUMN tambang mencapai Rp6.500 triliun. Inalum merupakan induk perusahaan (holding) yang membawahi tiga BUMN tambang yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Antam Tbk (ANTM), dan PT Timah Tbk (TINS).
"Utang negara saat ini Rp5.000 triliun. Aset bapak-bapak ini (direktur utama tiga BUMN tambang) lebih dari itu. Kalau dirupiahin bisa Rp6.500 triliun. Kekayaan PTBA bahkan tidak kalah sama Freeport," ucapnya di, Jakarta, Senin (4/6/2018).
Pria yang kerap disapa BGS itu menjelaskan, nilai aset dihitung dari dua sumber yaitu dalam bentuk cadangan (resource) dan sumber daya (reserve). Perbedaannya, cadangan merupakan aset yang sudah siap untuk ditambang sementara sumber daya belum pasti akan menjadi cadangan.
Dia mlanjutkan, saat ini holding tambang BUMN mempunyai cadangan batu bara sebanyak 3,3 miliar ton dengan nilai 231 miliar dolar Amerika Serikat (AS), cadangan nikel 3 juta ton dengan nilai 33 miliar dolar AS, cadangan bauksit sebanyak 7,3 juta ton setara 13 miliar dolar AS, serta cadangan timah 377.000 ton dengan nilai 7,6 miliar dolar AS.
Selain itu, kata dia, masih ada cadangan tembaga 19,4 juta ton senilai 129,5 miliar dolar AS, cadangan emas 1.187 ton senilai 50,5 miliar dolar AS, dan cadangan perak 6.181 ton dengan nilai 3,2 miliar dolar AS.
“Dengan demikian, total cadangan aset Holding Tambang BUMN mencapai 469,7 miliar dolar AS. Sementara itu, total aset sumber dayanya bisa mencapai 1,07 triliun dolar AS,” kata BGS.
Kendati demikian, Mantan Direktur Utama Bank Mandiri tersebut mengatakan, nilai aset tersebut bisa berubah tergantung pergerakan harga komoditas tambang.
"Angka ini memang bergantung harga. Bisa berubah sesuai kondisi harga. Tapi data ini tidak salah juga," ucapnya.
Editor: Rahmat Fiansyah