Nielsen: Makin Tidak Loyal, Konsumen Indonesia Kini Tertarik Mencoba Merek Baru
Yudi mengatakan, keinginan konsumen untuk mencoba hal-hal baru, baik produk maupun merek sudah terjadi sejak lama. Yang membedakan yaitu karakter media komunikasi pemasaran yang dikontrol oleh para pemilik merek.
“Dulu para pemasar lebih memiliki kekuasaan untuk mengontrol apapun yang ingin mereka komunikasikan kepada konsumen. Di zaman sosial media seperti saat ini, kita tidak pernah sadar berapa banyak haters merek kita yang ada di luar sana," ujar dia.
Pesatnya perkembangan media sosial membuat komunikasi atas merek bersifat dua arah, sehingga kredibilitas merek yang sudah mapan diuji. Meski begitu, Yudi menilai ketidakloyalan konsumen bukan berarti mereka tidak suka dengan merek tersebut.
"Hanya saja ketidaksetiaan itu terjadi karena merek lain menawarkan proposisi yang lebih menarik," ucapnya.
Kategori produk di mana konsumen berpotensi untuk berganti merek yaitu cokelat dan biskuit (53 persen), jus buah (47 persen), roti dan makanan (47 persen), pembersih rumah tangga (43 persen), serta sampo dan kondisioner rambut (33 persen).
Editor: Rahmat Fiansyah