Pembiayaan Nasabah Ultramikro BTPN Syariah Tumbuh 10 Persen di 2021
JAKARTA, iNews.id - PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPN Syariah) mencatatkan pembiayaan ultramikro pada 2021 mencapai Rp10,44 triliun atau tumbuh 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp9,52 triliun. Pembiayaan ultramikro menjadi fokus BTPN Syariah untuk ikut mendorong petumbuhan ekonomi di Indonesia.
Pencapaian BTPN Syariah disertai kualitas pembiayaan yang tetap terjaga. Non Performing Financing (NPF) tercatat di posisi 2,37 persen.
BTPN Syariah juga masih memiliki rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di posisi 58 persen, jauh di atas rata-rata industri. Total aset tumbuh 13 persen (YoY) menjadi Rp18,54 triliun dari Rp16,44 triliun.
Adapun dana pihak ketiga tumbuh 12 persen (YoY) menjadi Rp10,97 triliun dari Rp9,78 triliun dan laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp1,47 triliun.
"Alhamdulilah, segala upaya dan ikhitiar yang dilakukan bank selama 2021 memberi kebaikan terhadap kinerja keuangan kami dengan mencatatkan berbagai pertumbuhan positif hingga 31 Desember 2021," ujar Direktur Utama BTPN Syariah, Hadi Wibowo, dalam Editor's Sharing Session "Sharia and Digital Ecosystem for Unbanked" di Jakarta, Rabu (10/2/2022).
Dia menuturkan lebih dari satu dekade melayani segmen ultramikro bank senantiasa menjalankan pola pendekatan pendampingan terarah, terukur dan berkelanjutan. Pola inilah yang memberikan kesempatan bank untuk terus mewujudkan misinya memberikan kesempatan tumbuh dan hidup lebih berarti kepada berjuta rakyat Indonesia.
Hadi mengungkapkan melewati tahun kedua pandemi Covid-19, bank semakin belajar beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan nasabah dan perkembangan zaman terutama teknologi digital. Selama 2021 perusahaan mengembangkan layanan berbasis aplikasi yang ditujukan untuk mempermudah seluruh nasabah dan agen bank, Mitra Tepat. Melalui aplikasi ini, setiap hari Mitra Tepat dapat membantu nasabah inklusi memenuhi kebutuhan mereka untuk bertransaksi perbankan.
“Pengembangan teknologi ini tentunya sangat memperhatikan tingkat literasi digital masyarakat inklusi. Dalam hal ini bank tetap terus melakukan fungsi pendampingan sepenuh hati; memperkenalkan, mengajarkan, serta mempelajari respons mereka sebagai bagian proses penyempurnaan aplikasi sehingga tepat menjadi alat dalam meningkatkan produktivitas mereka ke depan. Jadi, semua dilakukan secara bertahap dan terus didampingi,” kata Hadi.
