Pengusaha Terkaya Rusia ke Putin: Sita Aset Perusahaan Asing Bawa Kita Kembali ke 1917

Norilsk Nickel adalah produsen paladium dan nikel bermutu tinggi terbesar di dunia, serta produsen utama platinum dan tembaga. Perusahaan dan produk utamanya lolos dari sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat yang telah menghantam ekonomi Rusia.
Banyak perusahaan Amerika, Eropa, dan Jepang telah meninggalkan usaha patungan, pabrik, toko, kantor, dan aset lainnya dalam dua minggu terakhir sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Mereka bergabung dengan Goldman Sachs dan JPMorgan, bank-bank besar Barat pertama yang mengumumkan akan keluar dari Rusia sepenuhnya sejak konflik meletus pada Februari lalu.
Sementara Putin mendukung rencana untuk memperkenalkan manajemen eksternal perusahaan asing yang meninggalkan Rusia.
"Kita perlu bertindak tegas dengan (perusahaan) yang akan menutup produksi mereka. Perlu untuk memperkenalkan manajemen eksternal dan kemudian mentransfer perusahaan-perusahaan ini kepada mereka yang ingin bekerja," ujar Putin.
Organisasi hak-hak konsumen Rusia telah menyusun daftar perusahaan yang telah memutuskan untuk pergi dan dapat dinasionalisasi. Potanin mengatakan, tidak terlalu bijaksana untuk berbicara tentang menasionalisasi aset Barat, tetapi proposal Kremlin dapat memungkinkan pemilik untuk menjaga properti, dan perusahaan untuk menghindari kehancuran, terus memproduksi produk dan menggaji kepada karyawan.
"Saya mengerti mengingat pembatasan ekonomi yang ditujukan terhadap Rusia, mungkin ada keinginan yang dapat dimengerti untuk bertindak secara simetris. Tetapi pada contoh negara-negara Barat, kita melihat ekonomi negara-negara ini menderita karena pengenaan sanksi terhadap Rusia. Kita harus lebih bijaksana dan menghindari skenario di mana sanksi pembalasan menimpa diri kita sendiri," tulisnya.
Dia juga meminta Rusia untuk melonggarkan pembatasan mata uang asing sehingga bunga dapat dibayarkan atas obligasi dan pinjaman asing. Jika tidak, ada risiko negara itu bisa gagal membayar seluruh utang luar negerinya, yang diperkirakannya sekitar 480 miliar dolar AS.
Editor: Jujuk Ernawati