Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : KPK Sita 18 Bidang Tanah Milik Tersangka Kasus Pemerasan TKA Kemnaker di Karanganyar
Advertisement . Scroll to see content

Pengusaha Terkaya Rusia ke Putin: Sita Aset Perusahaan Asing Bawa Kita Kembali ke 1917

Minggu, 13 Maret 2022 - 09:17:00 WIB
Pengusaha Terkaya Rusia ke Putin: Sita Aset Perusahaan Asing Bawa Kita Kembali ke 1917
Orang terkaya Rusia, Vladimir Potanin ingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin: jika pemerintah sita aset perusahaan asing maka Rusia akan kembali ke 1917. Foto: Rusia
Advertisement . Scroll to see content

MOSKOW, iNews.id - Pengusaha terkaya Rusia telah memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin agar tidak menyita aset perusahaan asing yang hengkang dari Rusia setelah negara itu menginvasi Ukraina. Langkah tersebut dinilai akan membawa negara itu mundur lebih dari 100 tahun. 

Presiden raksasa logam Norilsk Nickel Vladimir Potanin mengatakan, Rusia berisiko kembali ke hari-hari penuh gejolak seperti saat revolusi 1917 jika menyita aset perusahaan dan investor Barat. Dia mendesak pemerintah Rusia untuk sangat hati-hati melanjutkan ancaman tersebut. 

"Pertama, itu akan membawa kita kembali ke 100 tahun, ke 1917 dan konsekuensi dari langkah seperti itu - ketidakpercayaan global terhadap Rusia di pihak investor - akan kita alami selama beberapa dekade," kata dia dalam pesan yang diposting di akunnya di Telegram, dikutip dari CNN Business, Minggu (13/3/2022).

"Kedua, keputusan banyak perusahaan untuk menangguhkan operasi di Rusia, menurut saya, agak emosional dan mungkin diambil sebagai akibat dari tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada mereka dari opini publik di luar negeri. Jadi kemungkinan besar mereka akan kembali. Dan secara pribadi, saya akan menjaga kesempatan seperti itu untuk mereka," imbuhnya.

Potanin adalah miliarder terkaya Rusia. Menurut Bloomberg, kekayaannya mencapai 22,5 miliar dolar AS atau Rp321,7 triliun, meskipun kehilangan sekitar seperempat kekayaannya tahun ini karena sahamnya jatuh. Saham perusahaan kehilangan lebih dari 90 persen di perdagangan London sebelum dihentikan bulan ini, meskipun harga komoditasnya melonjak.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut