Pertamina Optimalisasi Biaya Rp32,8 Triliun di Tengah Naiknya Harga Minyak Dunia
Menurut Emma, dukungan pemerintah berlanjut di tahun ini melalui revisi kebijakan yang menetapkan Pertalite (RON90) sebagai Bahan Bakar Penugasan Khusus menggantikan Premium (RON88) dan penyesuaian harga Pertamax.
Dia menuturkan, Pertamina telah menerapkan beberapa inisiatif di sektor hilir yang sekaligus merespons perubahan pasar seperti ekspansi transaksi digital, mempercepat outlet Pertashop untuk menangkap peluang pasar yang lebih besar di daerah pedesaan dan mengalihkan sumber energi SPBU ke panel surya.
“Kami sangat mengapresiasi keputusan Pemerintah dan DPR yang telah menambah pagu anggaran subsidi dan kompensasi 2022 untuk menjaga dan melindungi daya beli masyarakat serta menahan potensi inflasi. Hal ini juga merupakan bukti dukungan terhadap Pertamina dalam penyediaan energi di tengah tantangan harga minyak mentah yang tinggi,” tuturnya.
Emma mengatakan, Pertamina pada tahun ini mengembangkan strategi utama melalui upaya mendorong produksi migas naik hingga 17 persen, menargetkan Yield Valuable Product sebesar 79,9 persen, penambahan outlet BBM sekitar 3.000 Pertashop, pengembangan pasar digital hingga 25 juta pengguna MyPertamina, dan memperbesar porsi pendapatan dari non-captive market di bisnis shipping hingga 7,5 persen.
Untuk memperkuat komitmen energi rendah karbon akan memproduksi listrik 7.138 GWh dan didukung oleh peningkatan kapasitas terpasang yang ditargetkan hingga 2,9 GW. Strategi yang penting lainnya, unlock value yang dikembangkan oleh anak perusahaan.
“Di sektor keuangan, kami akan fokus optimalisasi biaya yang ditargetkan mencapai hingga 600 juta dolar AS. Kami akan terus berkomunikasi dengan Pemerintah untuk memastikan keputusan yang baik bagi perusahaan,” kata Emma.
Editor: Jujuk Ernawati