Putin Sebut 40 Persen Perdagangan Rusia Gunakan Rubel Imbas Sanksi Barat
Putin merinci rencana untuk melakukan perombakan besar-besaran pada pasar keuangan domestik negaranya, termasuk rencana untuk melipatgandakan nilai pasar saham Rusia pada akhir dekade ini, mengurangi impor dan meningkatkan investasi pada aset tetap.
Adapun, negara-negara Barat telah berupaya untuk memotong perekonomian Rusia yang bernilai 2 triliun dolar AS sebagai respons terhadap invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina pada Februari 2022. Namun, perekonomian Rusia diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan semua negara maju pada tahun ini, meskipun ada rentetan sanksi internasional.
Dalam Outlook Ekonomi Dunia pada bulan April, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi Rusia akan tumbuh sebesar 3,2 persen pada tahun 2024, melebihi perkiraan tingkat ekspansi AS sebesar 2,7 persen (2,7 persen). Jerman, Prancis dan Inggris diperkirakan akan mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah lagi, yaitu kurang dari 1 persen.
Rusia mengatakan bahwa sanksi Barat terhadap industri-industri penting di negaranya telah membuat negaranya mandiri, serta konsumsi swasta dan investasi dalam negeri tetap tangguh.
Ekspor minyak dan komoditas yang sedang berlangsung ke negara-negara seperti India dan China, serta dugaan penghindaran sanksi dan harga minyak yang tinggi, telah memungkinkan Moskow mempertahankan pendapatan ekspor minyak yang kuat.
Editor: Aditya Pratama