Rusia Batalkan Pembukaan Kembali Pipa Gas Picu Kekhawatiran Energi di Eropa
FRANKFURT, iNews.id - Rusai membatalkan untuk membuka aliran gas melalui rute pasokan gas utama ke Jerman pada Sabtu (3/9/2022). Hal ini menyebabkan kesulitan Eropa dalam mengamankan bahan bakar untuk musim dingin.
Nord Stream 1 yang beroperasi di bawah Laut Baltik seharusnya akan kembali dioperasikan pada Sabtu setelah tiga hari dihentikan untuk pemeliharaan. Namun perusahaan gas yang dikendalikan negara Rusia, Gazprom menyatakan pada Jumat (2/9/2022) belum bisa memulai pengiriman dengan aman sampai memperbaiki kebocoran minyak yang ditemukan pada turbin vital. Gazprom tidak memberikan kepastian kapan pengerjaan tersebut akan selesai.
Namun, Siemens Energy yang biasanya melayani turbin Nord Stream 1 mengatakan, kebocoran seperti itu seharusnya tidak menghentikan operasi pipa. Dikatakan juga stasiun kompresor Portovaya, tempat kebocoran ditemukan, memiliki turbin lain untuk Nord Stream agar tetap beroperasi.
"Kebocoran seperti itu biasanya tidak mempengaruhi pengoperasian turbin dan dapat ditutup di lokasi. Ini adalah prosedur rutin dalam lingkup pekerjaan pemeliharaan," kata perusahaan itu, dikutip dari Reuters, Sabtu (3/9/2022).
Moskow menyalahkan sanksi, yang dijatuhkan oleh Barat setelah Rusia menginvasi Ukraina karena menghambat operasi rutin dan pemeliharaan Nord Stream 1. Jerman mengatakan, ini adalah dalih dan Rusia menggunakan gas sebagai senjata ekonomi untuk membalas sanksi.
"Ini adalah bagian dari perang psikologis Rusia melawan kami," cuit Michael Roth, Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Jerman.
Siemens Energy mengatakan, saat ini tidak dikontrak untuk melakukan pekerjaan pemeliharaan di jalur tersebut, tetapi dalam keadaan siaga.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, sebelumnya Uni Eropa harus mengenakan batas harga pada pipa gas Rusia untuk menggagalkan apa yang dia katakan sebagai upaya Presiden Vladimir Putin untuk memanipulasi pasar. Rusia telah membantah tuduhan menggunakan gas sebagai senjata ekonomi atau memanipulasi pasar gas.
Sementara itu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan, Amerika Serikat dan Eropa bekerja sama untuk memastikan pasokan energi cukup.
"Sayangnya tidak mengherankan bahwa Rusia terus menggunakan energi sebagai senjata melawan konsumen Eropa," ucap juru bicara itu.