Seminggu Taliban Berkuasa, Aktivitas Ekonomi Afghanistan Lumpuh
Sebagai pegawai pemerintah, ia mengaku sulit untuk beradaptasi dengan situasi ekonomi saat ini mengingat kebutuhan hidup keluarganya yang membengkak.
"Saya kontrak di apartemen, dan belum bayar selama tiga bulan," katanya.
Selama sepekan terakhir di tengah ketidakpastian ekonomi, dan ketiadaan penghasilan, dia memutuskan untuk menjual beberapa perhiasan sang istri seperti cincin dan sepasang anting.
Alih-alih mendapat uang dari hasil jualannya itu, semua pusat bisnis dan pasar ditutup. Tak ayal, tak ada uang yang masuk ke kantongnya."Saya sudah tak tahu lagi harus berbuat apa, saya butuh bantuan," ungkapnya.
Seminggu sejak Taliban berkuasa, ribuan orang terlihat berkerumun di luar pintu masuk bandara dan berharap ada pihak eksternal yang dapat memberikan tumpangan bagi mereka untuk keluar dari lokasi konflik.
Berebut kursi penerbangan hingga kekacauan di jalanan memberikan gambaran betapa runyamnya kondisi negara tersebut sejak pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang didukung negara-negara Barat itu runtuh.
"Kami sudah terlilit utang karena pemerintah belum membayar gaji kami selama dua bulan terakhir. Ibu saya yang sudah lanjut usia sakit, dia membutuhkan obat, dan anak-anak serta keluarga saya membutuhkan makanan. Tuhan tolong kami!," seru mantan polisi itu.
Editor: Jeanny Aipassa