Sri Lanka di Ambang Kehancuran Ekonomi akibat Inflasi dan Krisis Utang
Data bank sentral menunjukkan Sri Lanka memiliki tanggung jawab obligasi negara 12,6 miliar dolar AS luar negeri dengan cadangan devisa mencapai 1,9 miliar dolar AS hingga akhir Maret. Jatuh tempo utang obligasi pertama akan terjadi pada bulan Juli depan dengan nilai mencapai 1 miliar dolar AS atau Rp14,3 triliun.
"Prioritas pertama kami adalah agar kembali ke normal terutama dalam hal bahan bakar, gas, obat-obatan, dan dengan demikian pemadaman listrik dan pemberontakan rakyat dapat diatasi," ucap Sabry.
IMF mengatakan pada Sabtu (9/4/2022) bahwa mereka telah memulai pembicaraan dengan Kementerian Keuangan Sri Lanka dan pejabat bank sentral terkait program pinjaman. Perwakilan IMF menyatakan keprihatinan mereka atas krisis yang sedang berlangsung.
"Kami berkomitmen untuk membantu Sri Lanka secara konsisten dengan kebijakan kami, dan akan terlibat dalam diskusi tentang kemungkinan program dengan para pejabat senior dalam beberapa hari dan minggu mendatang," ujar kepala misi IMF untuk Sri Lanka, Masahiro Nozaki.
Editor: Aditya Pratama