Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Purbaya Lempar soal Redenominasi Rupiah ke BI: Bukan Kewenangan Kemenkeu
Advertisement . Scroll to see content

Anggota Komisi VI DPR RI Tolak Wacana Redenominasi Rupiah, Ekonomi Belum Stabil Jadi Alasan

Sabtu, 15 November 2025 - 01:43:00 WIB
Anggota Komisi VI DPR RI Tolak Wacana Redenominasi Rupiah, Ekonomi Belum Stabil Jadi Alasan
Anggota Komisi VI DPR RI Tolak Wacana Redenominasi Rupiah, Ekonomi Belum Stabil Jadi Alasan. Ilustrasi BI buka suara soal rencana redenominasi rupiah Rp1.000 jadi Rp1. (Foto: Freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id  -  Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto, kembali menyuarakan penolakannya terhadap rencana pemerintah melakukan redenominasi rupiah. Ia menilai pemangkasan nol pada mata uang sama sekali tidak memberikan solusi, tidak mendesak untuk diterapkan, dan justru berpotensi memicu kebingungan di tengah masyarakat.

“Saya tolak redenominasi. Ini kebijakan kosmetik. Cuma potong nol, tapi masalah ekonomi tetap. Untuk apa? Nggak ada gunanya!” kata Darmadi, Jumat (14/11/2025).

“Ekonomi Belum Stabil, Kok Malah Mau Potong Nol?”

Darmadi menegaskan bahwa pemerintah keliru jika tetap ingin menjalankan kebijakan ini sekarang.

“Inflasi masih labil, nilai tukar juga belum stabil. Justru kalau dipaksakan sekarang, itu bisa bikin pasar panik. Timing-nya salah total,” tegasnya.

Ia menambahkan, langkah tersebut tidak memberikan dampak signifikan bagi sektor ekonomi karena tidak memperkuat daya saing industri, tidak mendorong investasi, dan tidak berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Rakyat butuh harga stabil, bukan gonta-ganti angka. Ini kebijakan elitis yang nggak nyentuh kebutuhan masyarakat,” desaknya.

“Risiko Harga Kacau! UMKM Bisa Mati Berdiri!”

Dengan nada tegas, Darmadi mengingatkan adanya potensi kekacauan harga jika pemotongan nol dilakukan mendadak.

“Di pasar itu beda sama teori. Harga bisa kacau balau! Dari Rp 12 ribu jadi 12 rupiah, nanti pedagang bisa bulatkan jadi 15. Siapa yang rugi? Rakyat kecil, UMKM, pedagang pasar!” ujarnya.

Ia menggarisbawahi bahwa kondisi psikologis pasar domestik sangat peka, sehingga perubahan nilai nominal bisa memicu:

kebingungan besar-besaran, kenaikan harga secara perlahan, munculnya inflasi terselubung,hingga membuka peluang manipulasi harga. “Percayalah, ini bisa jadi bencana harga. Jangan main-main!” kata Darmadi.

Darmadi juga menyoroti sisi inefisiensi anggaran negara. “Mesin ATM harus diganti, sistem bank di-upgrade, toko harus ganti label harga, negara cetak uang baru,  totalnya triliunan. Untuk apa? Buat potong nol tiga biji? Itu pemborosan!” sentilnya.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut