Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : MNC Asia Holding Tbk Bantah Gugatan CMNP Rp119 Triliun, Kasus Sudah Kedaluwarsa
Advertisement . Scroll to see content

IATA Akan Disuntik Aset Senilai Rp2,6 Triliun

Rabu, 01 Desember 2021 - 15:30:00 WIB
IATA Akan Disuntik Aset Senilai Rp2,6 Triliun
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo menyaksikan penandatanganan PPJB antara IATA dan BHIT untuk mengakuisisi 99,33 persen saham BCR. Foto: MNC Media
Advertisement . Scroll to see content

Prospek Batubara di Indonesia

Popularitas industri batu bara nasional diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan lonjakan harga batubara, yang didorong oleh pemulihan ekonomi dunia termasuk China, India, Korea Selatan, serta Eropa yang mengarah pada peningkatan produksi industri sehingga meningkatkan permintaan energi. Di sisi lain, penolakan China terhadap batu bara Australia juga turut memberikan sentimen positif terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor pertambangan di Indonesia meningkat menjadi Rp211.890 miliar pada kuartal III/2021 dari Rp203.356 miliar pada kuartal II/2021. Dalam jangka panjang, PDB Indonesia dari pertambangan diproyeksikan akan mencapai sekitar Rp217.170 miliar pada 2022 dan Rp230.200 miliar pada 2023. 

Dengan cadangan batu bara yang masih bertahan hingga 65 tahun, Indonesia merupakan salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia. Pada saat yang sama, Indonesia merupakan negara berkembang yang masih membutuhkan energi murah untuk pembangunan dan konsumsi. 

Kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara terus mendominasi, mencapai 50,4 persen atau 31.827 megawatt (MW) dari total produksi listrik nasional. 

Ketua Indonesia Mining Association (IMA) Ido Hutabarat memprediksi batubara akan tetap menjadi sumber energi utama di Indonesia hingga 30 tahun ke depan. Sentimen yang sama diungkapkan dalam COP26 yang baru-baru ini berakhir, dengan China dan India yang menyatakan kekhawatiran perkembangan atas energi terbarukan sebagai pengganti batu bara baik kendala biaya maupun teknologi masih membutuhkan lebih banyak waktu untuk diselesaikan. 

Energi terbarukan tidak cukup untuk menggerakkan pembangunan di masa mendatang. Karenanya, kata-kata dalam COP26 adalah penurunan bertahap bukan penghentian bertahap untuk mengakomodasi pemetaan produksi energi dunia saat ini. 

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut