Siapa Pemilik Saham DADA yang ARB 4 Hari Berturut-turut
Indikasi Skema Pump and Dump
Beberapa analis menilai bahwa pergerakan saham DADA menunjukkan pola seperti praktik pump and dump yaitu ketika harga saham sengaja didorong naik dengan sentimen positif atau isu tertentu, kemudian dilepas oleh pihak pengendali saat harga tinggi, meninggalkan investor ritel dalam posisi rugi.
Pola ini sering muncul pada saham berkapitalisasi kecil dengan likuiditas terbatas. Ketika aksi jual besar terjadi, harga langsung jatuh karena pasar tidak mampu menyerap penawaran dalam jumlah besar.
Aksi Jual yang Terjadwal
Transaksi penjualan yang dilakukan pengendali secara berkala juga menimbulkan kecurigaan adanya strategi terencana. Dalam beberapa kesempatan, Karya Permata melakukan pelepasan saham bertepatan dengan periode kenaikan harga yang cepat, kemudian harga justru ambruk beberapa hari setelahnya.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa aksi pengendali berperan besar dalam menimbulkan tekanan jual yang berujung pada ARB beruntun.
Risiko Likuiditas dan Sentimen Pasar
Saham seperti DADA dikenal memiliki likuiditas rendah, artinya volume perdagangan harian relatif kecil. Ketika pemegang saham besar melakukan aksi jual masif, order jual dapat menumpuk dan membuat harga langsung menyentuh batas ARB.
Selain itu, rumor-rumor seputar masuknya investor asing — misalnya kabar kerja sama dengan perusahaan Jepang — sempat memicu optimisme palsu di pasar. Setelah rumor itu mereda, banyak investor ritel yang akhirnya terjebak di harga tinggi sementara pengendali sudah melepas sahamnya.
Siapa pemilik saham DADA yang ARB 4 hari berturut-turut? Jawabannya adalah PT Karya Permata Inovasi Indonesia, sebagai pengendali utama yang menguasai lebih dari separuh saham perusahaan.Namun, aksi jual besar-besaran yang dilakukan pengendali dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan adanya dinamika yang perlu diwaspadai investor. Fenomena ARB empat kali berturut-turut kemungkinan dipicu oleh kombinasi aksi jual pengendali, spekulasi pasar, serta rendahnya likuiditas saham.
Editor: Komaruddin Bagja