Ekonomi China di Bawah Tekanan, Pertumbuhan Penjualan Ritel Melambat
Analis dari Nomura memperkirakan, konsumsi, produksi pabrik, dan investasi berpotensi kembali melambat pada Agustus akibat kebijakan pengendalian kasus Covid-19 dengan melakukan pengetatan di sejumlah sektor. China memperketat pembatasan sosial untuk memerangi varian baru Covid-19 di beberapa kota, sehingga memukul sektor jasa, terutama sektor travel dan perhotelan di negara itu.
"Mengingat pendekatan 'tanpa toleransi' China terhadap Covid, wabah di masa depan akan terus menimbulkan risiko signifikan terhadap prospek, meskipun sekitar 60 persen populasi sekarang divaksinasi," kata Louis Kuijs, Kepala Ekonomi Asia di Oxford Economics.
Selain cuaca buruk dan musibah banjir di provinsi Henan bulan lalu yang menewaskan lebih dari 300 orang, tekanan datang dari harga komoditas. Harga komoditas yang lebih tinggi menekan perusahaan kecil dan menengah, sedangkan perusahaan skala lebih kecil tidak dapat menaikkan biaya bahan baku kepada pembeli.
"Kami tidak berani menaikkan harga kami, tapi harga kami tidak bisa turun, kalau tidak, tidak akan ada untung sama sekali," kata manajer penjualan di sebuah pabrik peralatan medis di provinsi timur Jiangsu.
Akibat data ekonomi Juli yang mengecewakan, banyak analis memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China. ANZ menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China tahun ini menjadi 8,3 persen dari 8,8 persen.
Editor: Jujuk Ernawati