Ghana Bangkrut, Bank Sentral Kehilangan Rp81 Triliun dalam Setahun
Pada September 2022, total utang Ghana melonjak menjadi 55 miliar dolar AS. Hal ini berarti pemerintah memerlukan lebih dari 70 persen pendapatannya untuk membayar utang, namun hal ini tidak dapat dilakukan. Negara ini kemudian gagal membayar sebagian besar pembayaran utangnya.
Pemerintah terpaksa meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF). Untuk mendapatkan dana talangan sebesar 3 miliar dolar AS pada awal tahun ini, pemerintah harus setuju untuk memenuhi sejumlah persyaratan.
Hal yang paling penting adalah mengurangi pembayaran bunga utang negara ke tingkat yang terkendali pada tahun 2028. Hal ini akan memberikan mereka cukup dana untuk menjalankan perekonomian.
Untuk mencapai hal ini, pemerintah Ghana memulai restrukturisasi utang dengan menegosiasikan kembali persyaratan dengan para kreditor, mengusulkan suku bunga yang lebih rendah atas pinjaman mereka dan jangka waktu pembayaran yang lebih lama untuk mengurangi tekanan pada keuangan publik.
Namun, beberapa kreditur menolak untuk mengikuti program pertukaran utang ini.
Pada tanggal 9 Agustus Bank sentral Ghana mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa pemerintah telah memberitahukan bahwa bank tersebut tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi persyaratan IMF dan akibatnya tidak akan membayar setengah dari 700 juta dolar AS yang dipinjamnya dari bank sentral.
Editor: Aditya Pratama