IMF Sepakat Beri Pinjaman Rp43 Triliun untuk Sri Lanka
Setelah paket IMF disetujui, Sri Lanka kemungkinan juga akan menerima dukungan keuangan lebih lanjut dari kreditur multilateral lainnya.
Gejolak keuangan Sri Lanka saat ini merupakan yang terburuk sejak kemerdekaan negara itu dari Inggris pada tahun 1948. Hal ini berasal dari salah urus ekonomi serta pandemi Covid-19 yang telah memusnahkan industri pariwisata utama negara itu.
Warga Sri Lanka telah menghadapi kekurangan bahan bakar dan barang-barang pokok lainnya selama berbulan-bulan, memicu protes yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memaksa perubahan dalam pemerintahan.
Ranil Wickremesinghe, seorang anggota parlemen veteran yang mengambil alih sebagai presiden pada bulan Juli. Dia menghadapi perjuangan berat untuk menstabilkan ekonomi, yang telah diterpa inflasi yang tak terkendali yang sekarang mencapai hampir 65 persen tahun-ke-tahun.
Wickremesinghe, yang juga menjabat sebagai menteri keuangan negara itu, pada hari Selasa mempresentasikan anggaran sementara yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan dengan IMF.
Anggaran merevisi proyeksi defisit Sri Lanka untuk 2022 menjadi 9,8 persen dari produk domestik bruto dari 8,8 persen sebelumnya, sambil menguraikan reformasi fiskal, termasuk kenaikan pajak pertambahan nilai.
Editor: Aditya Pratama