Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Telur hingga Daging Ayam Ras Jadi Penyumbang Utama Inflasi Oktober 2025
Advertisement . Scroll to see content

Jaga Tren Pemulihan Ekonomi, Pemerintah Akan Cermati Risiko Pencapaian Inflasi 2022

Kamis, 03 Februari 2022 - 13:15:00 WIB
Jaga Tren Pemulihan Ekonomi, Pemerintah Akan Cermati Risiko Pencapaian Inflasi 2022
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah akan cermati risiko pencapaian inflasi 2022 untuk menjaga tren pemulihan ekonomi. Foto: Kemenko Perekonomian
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Sinyal optimisme pemulihan ekonomi bertambah khususnya terlihat dari sektor manufaktur yang semakin menggeliat. Karena itu, dalam rangka menjaga tren pemulihan ekonomi nasional, pemerintah akan mencermati berbagai risiko pencapaian inflasi tahun ini. 

Meningkatnya mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat telah mendorong sisi permintaan. Memasuki awal 2022, inflasi di Januari 2022 yang tercatat sebesar 2,18 persen (yoy) masih terkendali dalam kisaran sasaran target inflasi tahun 2022 sebesar 3 persen ±1 persen (yoy). 

Secara bulanan, inflasi Januari 2022 sebesar 0,56 persen (mtm) sedikit menurun dibanding inflasi Desember 2021. Namun, inflasi Januari 2022 merupakan tertinggi pada periode yang sama sejak 2019.

Capaian inflasi Januari dipengaruhi oleh pergerakan pada seluruh komponen inflasi dengan komponen inti menjadi penyumbang andil tertinggi terhadap inflasi  Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari yakni sebesar 0,27 persen. Inflasi inti sebesar 0,42 persen (mtm) dan merupakan tertinggi sejak Agustus 2019. 

Sementara secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 1,84 persen dan tertinggi sejak September 2020. Peningkatan inflasi inti pada Januari 2022 terutama disebabkan peningkatan harga komoditas ikan segar, mobil, tarif kontrak rumah dan sewa rumah.

Inflasi Volatile Food (VF) tercatat sebesar 1,30 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi VF bulan sebelumnya sebesar 2,32 persen (mtm) maupun rerata historis Januari empat tahun terakhir sebesar 1,66 persen (mtm). Beberapa komoditas VF yang dominan menyumbang terhadap inflasi Januari antara lain kenaikan harga daging ayam, beras, telur ayam ras dan tomat. Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah.

Kenaikan harga beras pada Januari disebabkan oleh rendahnya panen pada November-Desember 2021 disertai dengan terjadinya hidrometeorologi pada awal 2022. Harga beras ditingkat penggilingan meningkat sebesar 2,23 persen (mtm) dan ditingkat eceran sebesar 0,94 persen (mtm). Kondisi ini diperkirakan masih berlangsung pada Februari meski tidak setinggi Januari dan kembali stabil mulai Maret karena mulai masuknya musim panen.

Sementara itu, minyak goreng yang menjadi komoditas paling dominan menyumbang inflasi 2021 dengan andil sebesar 0,31 persen, saat ini kondisinya relatif terkendali dengan andil inflasi mencapai 0,01 persen di Januari 2022. 

“Pemerintah telah melakukan upaya untuk melakukan stabilisasi harga minyak goreng. Sebelumnya telah dikeluarkan kebijakan untuk memastikan agar masyarakat dapat memperoleh harga minyak goreng kemasan dengan harga terjangkau Rp14.000,00 per liter yang dimulai pada tanggal 19 Januari 2022,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (2/2/2022).

Kemudian, untuk mengantisipasi kenaikan harga migor, Pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng. Kebijakan HET ini berlaku mulai 1 Februari 2022.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga minyak goreng menunjukkan tren penurunan pada akhir Januari meskipun secara rata-rata bulanan masih tercatat meningkat dibanding Desember 2021. Peningkatan harga beberapa komoditas pangan juga tercermin pada peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) Januari 2022. 

NTP nasional Januari 2022 sebesar 108,67 atau naik 0,30 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP menunjukkan bahwa petani bisa menikmati keuntungan dari hasil produksi mereka. 

Subsektor yang mengalami peningkatan tertinggi yakni NTP Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,98 perseb terutama disebabkan dari peningkatan harga gabah. Harga gabah petani meningkat sebesar 4,96 persen (mtm) yang mendorong peningkatan harga beras ditingkat penggilingan maupun eceran. 

Kemudian diikuti oleh NTP Subsektor Peternakan yang meningkat sebesar 0,43 persen dan berada pada level 100,19. Peningkatan NTP Subsektor Peternakan didorong utamanya dari peningkatan harga ayam ras pedaging. 

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) juga mengalami peningkatan dan tercatat sebesar 131,81. NTPR tercatat terus mengalami peningkatan sejak Juli 2020 yang utamanya masih didorong dari kenaikan harga kelapa sawit.

Komponen inflasi administered prices (AP) tecatat sebesar 0,38 persen (mtm), menurun dibanding Desember 2021 sebesar 0,45 persen (mtm). Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) menjadi komoditas dengan andil penyumbang tertinggi sebesar 0,06 persen.

Peningkatan tersebut disebabkan karena adanya penyesuaian harga LPG nonsubsidi yang berkisar antara Rp1.600-Rp2.600 per kilogram dan telah berlaku sejak 25 Desember 2021.

Selain BBRT, rokok kretek filter mencatatkan sumbangan terhadap inflasi Januari sebesar 0,01 persen. Kenaikan harga aneka jenis disebabkan naiknya tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 192/PMK.010/2021 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau yang berlaku sejak 1 Januari 2022. Peningkatan inflasi AP masih tertahan oleh penurunan tarif angkutan udara sesuai dengan pola musimannya, dengan andil 0,03 persen.

Lebih lanjut, sebagai pembuka awal tahun, sinyal optimisme pemulihan ekonomi terus bertambah khususnya terlihat dari sektor manufaktur yang semakin menggeliat. Terbukti, pada Laporan Purchasing Managers’ Index (PMI) yang diterbitkan IHS Markit, output sektor manufaktur Indonesia kembali di posisi ekspansif sebesar 53,7 pada Januari 2022, lebih tinggi dari Desember 2021 yang mencapai 53,5. 

Dengan demikian, sektor manufaktur melanjutkan level ekspansi selama lima bulan berturut-turut dan masih mengungguli beberapa negara ASEAN seperti Thailand (51,7), Filipina (50,0), dan Myanmar (48,5).

“Kinerja sektor manufaktur yang terus terekspansif perlu diapresiasi. Pemerintah juga akan terus bekerja keras menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga performa positif ini dapat terus ditingkatkan,” ujar Airlangga.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut